"Negara-negara di kawasan Asia masih bisa stabil, meskipun tantangan perekonomian naik pada 2014. Salah satu tantangan yang dihadapi adalah melambatnya pertumbuhan ekonomi China, pengurangan stimulus oleh Federal Reserve, serta potensi terjadinya penggelembungan aset," ujar Michael Taylor, Moody's Managing Director and Chief Credit Officer Asia Pasifik, dalam keterangan resminya, Kamis (21/11/2013).
Moody's sejauh ini juga tidak melihat potensi terjadinya krisis neraca pembayaran di negara yang berada di kawasan Asia Pasifik sebagai dampak dari pengurangan stimulus Federal Reserve. Pun pada negara-negara yang saat ini mata uangnya tertekan, tetapi diperkirakan tidak akan sampai mengalami krisis.
"Banyak negara di kawasan ini yang telah memiliki penyangga devisa dan menerapkan nilai tukar yang fleksibel. Sementara itu, dana pihak ketiga di perbankan sebagian besar berasal dari nasabah dalam negeri dan hanya sedikit yang berasal dari pinjaman asing," lanjut Taylor.
Di sisi lain, perbankan di kawasan ini dinilai juga memiliki penyangga yang bisa mengantisipasi jika sewaktu-waktu harga aset yang dimiliki anjlok.
"Risiko refinancing yang dilakukan oleh nasabah korporasi masih cukup terkelola. Hal ini karena sebagian besar utang yang jatuh tempo dalam waktu dekat ini adalah utang perusahaan terkemuka dan memiliki akses terhadap perbankan domestik di masing-masing," lanjut Taylor.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.