Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BI: Kita Harus Siap dengan Pengurangan Stimulus

Kompas.com - 26/11/2013, 11:20 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara mengatakan, seluruh pihak di Tanah Air harus siap dengan pengurangan stimulus moneter oleh Federal Reserve AS. Menurut Mirza, kesiapan diperlukan karena sebenarnya arus modal yang masuk (capital inflow) selama ini layaknya doping.

Ekonomi AS yang diibaratkan tubuh, bila sudah pulih tentu tidak akan lagi menggunakan doping. Pekerjaan rumah di Indonesia yang terpenting adalah membenahi defisit neraca transaksi berjalan (current account deficit).

"Kita benahi current account deficit. Bukan untuk kembali surplus. Untuk kembali surplus rasanya agak sulit. Kita benahi supays defisitnya berada di level yang dapat ditolerir," kata Mirza dalam penjelasannya pada Seminar INDEF di Hotel JS Luwansa, Selasa (26/11/2013).

Lebih lanjut, Mirza menjelaskan, defisit pada neraca transaksi berjalan terjadi karena neraca minyak. Ia berpandangan harus ada usaha meningkatkan produksi minyak atau melakukan diversifikasi luar negeri.

Adapun masalah defisit kedua adalah pembayaram premi asuransi ke luar negeri. "Perusahaan asuransi dalam negeri banyak yang mereasuransi ke luar negeri," ujarnya.

Di samping itu, permasalahan seperti pembayaran biaya jasa pengiriman dengan kapal luar negeri dan utang swasta dikemukakan Mirza juga menjadi permasalahan terkait defisit neraca transaksi berjalan.

Penanaman modal asing, kata dia, ternyata sebagian devidennya bukan ditanam di Indonesia, tetapi dialirkan ke luar negeri. Dalam menghadapi tantangan defisit neraca transaksi berjalan, Mirza mengungkapkan setidaknya ada dua upaya yang harus dilakukan. Pertama, mengurangi impor dan kedua, mengurangi kredit.

"Di sisi ekspor kita dihadapi China tidak bisa lagi tumbuh di atas 12 persen. China ingin tumbuh yang prudent. China sengaja hanya ingin tumbuh 7,5 persen. Kita tidak bisa sepenuhnya mengandalkan China dan harus genjot lagi ekpor ke AS. Menghadapi tantangan current account yang defisitnya masih 3 persen dari PDB (produk domestik bruto), impor kurangi. Kredit kurangi yang brrorientasi impor. Dengan rupiah yang lebih lemah itu lebih cocok untuk kurangi impor," jelasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com