Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memahami Anomali Pergerakan Mata Uang Garuda

Kompas.com - 28/11/2013, 15:09 WIB

KOMPAS.com
- Pergerakan USD/IDR yang kembali melonjak menembus kisaran Rp 11.500 per dollar AS lagi-lagi memunculkan perubahan persepsi pasar atas rupiah. Padahal, rupiah sempat optimistis menapaki level kuat dan menjauhi level tinggi Rp 11.000 per dollar AS pada pertengahan Oktober silam. Siapa sangka tren pergerakan mata uang RI berganti arah dan berpeluang terdepresiasi lebih dalam jelang tutup tahun 2013.

Parahnya, keraguan investor pun ikut mengemuka, terutama jika dikaitkan dengan bagaimana nasib mata uang Garuda ke depan. Meski, hal ini baru sekedar perkiraan dan belum dapat dipastikan realisasi yang sebenarnya. Akan tetapi, kentalnya uncertainty di pasar semakin mendominasi dan potensi memicu kekhawatiran tambahan buat para pelaku pasar atas rupiah.

Suramnya aura yang membayangi rupiah ini disinyalir semakin memburuk menyusul tidak direspon positifnya keputusan Bank Indonesia yang menaikkan BI Rate lagi sebesar 25 basis poin pada Selasa (12/11/2013) lalu. Hike rate tingkat suku bunga acuan BI menjadi 7,50 persen vs 7,25 persen itu pun laksana tidak kuasa menopang fluktuasi rupiah di hadapan dollar AS. Berbagai pertanyaan pelaku pasar menyeruak. Di antaranya, apa sebenarnya yang terjadi pada rupiah, ada di posisi berapakah saat penutupan tahun 2013 nanti, bagaimana peluang mata uang rupiah di tahun mendatang, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Aneka prediksi dari kalangan ekonom pun berhamburan mewarnai media-media. Keputusan bisnis perusahaan-perusahaan tak pelak ikut terpengaruh perkiraan-perkiraan itu. Lebarnya nuansa ketidakpastianyang melingkupi pasar di tengah serbuan sentimen eksternal yang kental juga kian memburamkan optimisme pemain. Mau tidak mau, kecenderungan wait & see seakan menjadi pilihan utama demi amankan posisi maupun portofolio yang dimiliki.

Ancaman internal atau eksternal?

Berubah haluannya pergerakan rupiah yang kembali melemah terhadap dollar AS menjelang bulan Desember 2013 membangkitkan tanda tanya yang besar di benak pelaku pasar. Bahwa ada suatu persoalan yang memberatkan langkah mata uang RI itu. Sinyalemen kompleksnya problema yang berkecamuk di dalam negeri berpeluang semakin kuat menekan rupiah di tengah kepungan masalah-masalah yang berasal dari ekonomi global.

Sedangkan, jika ditelusuri lebih mendalam, pencetus melemahnya lagi rupiah bisa jadi tidak hanya mencakup satu faktor saja. Melainkan lebih dari satu faktor atau bahkan kombinasi beberapa hal. Seharusnya menjadi perhatian adalah bahwa masalah itu tidak hanya berasal dari eksternal, melainkan juga internal.

Salah satu penyebab utamanya diduga kuat antara lain terkait neraca perdagangan dalam negeri. Efek pengaruh tersebut terbukti dengan semakin terdepresiasinya rupiah sejak data yang dirilis bersama dengan data-data ekonomi dalam negeri lainnya itu pada awal November lalu. Tercatat bahwa pada Bulan September 2013, Indonesia mengalami defisit 657 juta dollar AS vs. 72 juta dollar AS pada posisi bulan sebelumnya. Catatan itu sepatutnya menjadi pertanda buat kita semua, dan terutama pemerintah Indonesia mengenai imbas kenaikan terus-menerus impor yang akan mengakibatkan timbulnya masalah lain. Terlebih dengan nilai kurs USD/IDR yang saat ini kembali melambung.

Di satu sisi, memang tujuan dilakukannya pembelian barang-barang itu digadang-gadang demi terpenuhinya kebutuhan masyarakat serta menahan laju kenaikan harga barang-barang kebutuhan pokok di dalam negeri. Selain itu, strategi tersebut dipercaya mampu menahan kencangnya peningkatan inflasi yang justru bakal memperburuk performa pergerakan rupiah di hadapan dollar AS maupun mata uang asing lainnya.

Besarnya jumlah penduduk Indonesia ditengarai menjadi pemicu peningkatan aktivitas impor dari negara-negara lain. Apalagi barang-barang impor itu meliputi kebutuhan pokok, antara lain beras, jagung, kedelai, kentang, dan daging, yang didatangkan tidak hanya dari negara tertentu. Namun dari banyak negara, seperti Vietnam, Thailand, Australia, dan bahkan Amerika Serikat. Jadi dapatlah dibayangkan, betapa besarnya pengaruh tingginya fluktuasi pergerakan kurs atas valuta-valuta negara yang terikat dalam transaksi perdagangan internasional tersebut supaya kebutuhan terpenuhi.

Di sisi lain, sudah sewajarnya apabila kemelut defisit harus segera ditangani oleh pemerintah RI sehingga tidak berlarut-larut. Bukan tidak mungkin, persoalan seputar defisit itu bakal memunculkan masalah lain dan membahayakan perekonomian domestik.

Sementara itu, hantaman sentimen negatif kondisi di Amerika Serikat, selaku negara terbesar dalam perekonomian dunia disinyalir pula memperparah situasi yang mengelilingi rupiah. Baik lesunya ekonomi USA maupun pasar global secara keseluruhan. Semua itu tercerminkan dari data-data maupun keadaan sebenarnya yang terjadi di market, yang kian ramai menjadi pembahasan di media-media. Lebih lanjut, pelaku pasar juga fokus pada masalah penundaan dan ketidakjelasan model kebijakan moneter Amerika Serikat di tengah rencana pergantian tampuk kepemimpinan Gubernur Bank Sentral AS dalam waktu dekat. Persoalan-persoalan tersebut pun sudah dapat dipastikan turut menjadi penentu arah pergerakan rupiah berikut berbagai mata uang lainnya di dunia ke depan.

Sinergi pemerintah dan rakyat

Jadi tidaklah mengherankan apabila semakin dekat berakhirnya tahun 2013, Indonesia pun berjuang keras demi amankan rupiah. Apalagi negara RI merupakan negara yang berorientasi pada keseimbangan antara ekspor dan impor. Koordinasi pun harus terus dilakukan pemerintah RI. Baik dengan Bank Indonesia selaku pemangku otoritas moneter, maupun dengan instansi-instansi penting yang bergerak di berbagai sektor, seperti perdagangan, perbankan, dan lainnya.

Dan semua itu tidaklah akan mudah dicapai tanpa dukungan penuh dari rakyat. Kepercayaan warga masyarakat dan investor yang menanamkan investasinya di dalam negeri juga merupakan faktor penting keberhasilan Indonesia melalui berbagai rintangan yang menghalangi. Begitu pula halnya dengan optimisme pertumbuhan ekonomi domestik yang positif pada tahun 2013, dan bahkan pada periode mendatang berpeluang menopang negara RI dari rapuhnya situasi yang membayangi perekonomian dalam negeri.

Meski memang, permasalahan yang mungkin mendera rupiah di tahun-tahun mendatang potensi bertambah dan semakin kompleks seiring perkembangan zaman yang terus mengalami perubahan dan kemajuan. Terlebih dengan ragam masalah internal serta ancaman yang berpeluang menghadang Indonesia dari berbagai penjuru.

Tindakan yang terbaik pastinya akan diambil pemerintah RI agar ekonomi domestik terselamatkan dari bahaya krisis. Untuk itu, ada baiknya kita tetap mengedepankan pikiran positif dan optimis pada ketangguhan negeri kita. Termasuk pada stabilitas ekonomi dan moneter Indonesia. Bersama-sama, pasti kita bisa melalui semuanya dengan hasil yang memuaskan. Semangat terus rupiahku, maju terus Indonesia… (Apressyanti Senthaury, SE., MBA. – Pegawai Bank BUMN)

*Tulisan ini merupakan pendapat pribadi penulis

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perputaran Uang Judi Online di RI sampai Rp 327 Triliun Setahun

Perputaran Uang Judi Online di RI sampai Rp 327 Triliun Setahun

Whats New
Bapanas Pastikan Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Masuknya Komoditas Pangan yang Rutin Diimpor

Bapanas Pastikan Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Masuknya Komoditas Pangan yang Rutin Diimpor

Whats New
Pasca Akuisisi BPR, KoinWorks Fokus Inovasi dan Efisiensi Tahun Ini

Pasca Akuisisi BPR, KoinWorks Fokus Inovasi dan Efisiensi Tahun Ini

Whats New
Lion Air Bantah 2 Pegawai yang Ditangkap Menyelundupkan Narkoba Merupakan Pegawainya

Lion Air Bantah 2 Pegawai yang Ditangkap Menyelundupkan Narkoba Merupakan Pegawainya

Whats New
Indofarma Akui Belum Bayar Gaji Karyawan Periode Maret 2024, Mengapa?

Indofarma Akui Belum Bayar Gaji Karyawan Periode Maret 2024, Mengapa?

Whats New
Pesetujuan KPR BSI Kini Hanya Butuh Waktu Satu Hari

Pesetujuan KPR BSI Kini Hanya Butuh Waktu Satu Hari

Spend Smart
Bank Sentral Inggris Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada Mei 2024

Bank Sentral Inggris Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada Mei 2024

Whats New
Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

Work Smart
Pertanyaan Umum tapi Menjebak dalam Wawancara Kerja, Apa Itu dan Bagaimana Cara Jawabnya?

Pertanyaan Umum tapi Menjebak dalam Wawancara Kerja, Apa Itu dan Bagaimana Cara Jawabnya?

Work Smart
Menko Airlangga soal Kondisi Geopolitik Global: Belum Ada Apa-apa, Kita Tenang Saja...

Menko Airlangga soal Kondisi Geopolitik Global: Belum Ada Apa-apa, Kita Tenang Saja...

Whats New
Pasar Perdana adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Pasar Perdana adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Work Smart
Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

Whats New
HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

Rilis
Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Whats New
Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com