Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Spekulasi Dibutuhkan untuk Transaksi Lindung Nilai

Kompas.com - 02/12/2013, 18:30 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Dalam transaksi lindung nilai atau hedging, spekulasi sebenarnya dibutuhkan. Selama ini, spekulasi sering dianggap bukan sebagai tindakan yang baik.

"Sebenarnya spekuklasi dibutuhkan untuk hedging. Karena kalau kita berharap bahwa kita melakukan hedging nilai tukar di level Rp 12.000 misalnya, dengan harapan rupiah bisa Rp 13.000 kita untung, kita harus mencari orang yang punya ekspektasi bahwa rupiah akan ke Rp 11.000," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Difi A Johansyah, Senin (2/12/2013).

Hedging, kata Difi, diibaratkan bandar yang memiliki modal kuat dan kemampuan menahan risiko. Itulah yang dapat memfasilitasi transaksi hedging. Namun, bandar semacam itu diakui Difi saat ini belum banyak ditemukan di Indonesia.

"Pengalaman kami di BI, bandar ini selama ini biasanya adalah bank. Jadi nasabah kalau mau melakukan hedging dia datang ke bank untuk melindungi nilainya. Masalahnya kadang-kadang nasabah dan bank itu dispute karena nasabahnya kadang kalau lagi rugi dia protes," ujarnya.

Lebih lanjut, Difi menyatakan hedging sebenarnya memiliki mekanisme yang sama dengan derivatif, namun yang berbeda adalah "niat" hedging adalah untuk melindungi nilai.

"Kalau seorang hedger bertemu dengan spekulator itu sudah lengkap, komplet transaksi hedging. Ini yang tidak ada," kata dia.

"Di Indonesia hanya sebatas itu, dan di bank. Bank-banknya besar juga. Kenapa? Karena BUMN kalau mau hedging valasnya sangat besar. Apalagi Pertamina misalnya. Untuk melindungi nilai dia tentunya butuh bandar yang besar juga. Kalau seperti itu ya kita cari bank-bank besar yang bisa melakukan ini," jelas Difi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com