Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasar Tunggu Realisasi Kebijakan Ekonomi Pemerintah

Kompas.com - 03/12/2013, 07:03 WIB


CIANJUR, KOMPAS
- Pemerintah menilai ada ekspektasi positif dari pasar bahwa dalam jangka panjang Indonesia bisa mengatasi defisit transaksi berjalan. Ekspektasi positif ini tecermin dari menguatnya indikator pasar menyusul surplusnya neraca perdagangan Indonesia pada Oktober 2013.

Menteri Keuangan M Chatib Basri, Senin (2/12/2013), di Istana Cipanas, Cianjur, Jawa Barat, menyatakan, penguatan sejumlah indikator terjadi karena ada penilaian bahwa yang penting neraca perdagangan bisa diperbaiki. Bukti neraca perdagangan Indonesia pada prinsipnya bisa diperbaiki adalah pengumuman neraca perdagangan Oktober yang surplus 42,4 juta dollar AS.

”Ketika BPS (Badan Pusat Statistik) hari ini mengumumkan ada surplus sekitar 40 juta dollar AS, kelihatan sekali nilai tukar langsung menguat. Pada Jumat lalu, gejalanya juga mengalami penguatan,” kata Chatib.

Hal itu disampaikan Chatib seusai mengikuti rapat terbatas bidang ekonomi yang dipimpin Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Keterangan pers juga diberikan Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa.

Kurs tengah Bank Indonesia, hari Senin, mencatat nilai rupiah menguat menjadi Rp 11.946 dibandingkan dengan Rp 11.977 per dollar AS pada Jumat (29/11). Nilai tukar rupiah pada transaksi antarbank di Jakarta, Senin sore, bergerak menguat 86 poin menjadi Rp 11.880 dibandingkan dengan posisi Rp 11.966 per dollar AS pada Jumat.

Menurut Chatib, penguatan tidak hanya diperlihatkan oleh nilai tukar rupiah. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan surat utang pemerintah (government bond) tidak ketinggalan menunjukkan tanda positif. IHSG menguat 65,54 poin atau 1,52 persen menjadi 4.321,98 poin

Hatta menjelaskan, dalam rapat disepakati bahwa program biofuel merupakan program yang sangat konkret untuk mengurangi impor migas. ”Target 2014 harus dicapai,” katanya.

Rapat juga menilai bahwa paket kebijakan ekonomi yang dikeluarkan Agustus lalu harus dituntaskan dan dikawal. Paket yang dibuat untuk menyelamatkan perekononian nasional di tengah gejolak keuangan global akan dilanjutkan dengan mengeluarkan peraturan pemerintah yang baru pekan mendatang.

”Kita laporkan hasilnya cukup baik. Harmonisasi sudah selesai. PP selesai minggu-minggu ini,” jelas Hatta. Pemerintah akan terus mengelola neraca transaksi. ”Presiden meminta agar dicari komoditas tertentu dan negara tujuan tertentu yang bisa meningkatkan ekspor,” ujarnya.

Realisasi kebijakan

Sementara itu, Forum Ekonom Indonesia mendesak kementerian teknis tidak berpangku tangan. Investor dan pelaku pasar terus menunggu realisasi atas kebijakan pemerintah mengatasi defisit transaksi berjalan. Defisit yang berkepanjangan dikhawatirkan semakin menekan rupiah.

”Jangan sampai defisit transaksi berjalan kita terjadi permanen. Kita tidak dapat disamakan dengan AS yang dapat mencetak dollar untuk atasi defisit,” kata ekonom Umar Juoro dalam diskusi bertema ”Akankah Krisis Rupiah Berlanjut Menjadi Krisis Moneter, Bagaimana Jalan Keluarnya?” yang digelar Forum Ekonom Indonesia, Senin.

Forum itu terdiri atas sejumlah ekonom perbankan Indonesia. Selain Umar, ada Aviliani, Destry Damayanti, A Prasetyantoko, dan Winang Budoyo. Juru bicara forum itu, Eko B Supriyanto, menyebut sejumlah nama lain, yakni, Anton Gunawan, A Tony Prasetiantono, Fauzi Ichzan, dan Tigor M Siahaan.

Forum itu mendesak pemerintah berani mengambil kebijakan tegas di kementerian terkait, khususnya di sektor minyak dan gas. Impor bahan bakar minyak (BBM) menjadi penyebab utama defisit transaksi berjalan delapan triwulan terakhir.

Dua hal yang disebutkan adalah pelarangan BBM bersubsidi bagi mobil pribadi dan mandatori penggunaan biodiesel dalam solar untuk menekan impor BBM solar. (ATO/BEN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com