Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tren Pelemahan Rupiah Membahayakan Industri Bank

Kompas.com - 03/12/2013, 08:10 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com —
Tren pelemahan rupiah akan membahayakan industri perbankan di Tanah Air. Jurus Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan alias BI Rate demi memperkuat otot mata uang rupiah akan mengakibatkan persaingan perebutan dana pihak ketiga (DPK) semakin sengit. Kenaikan bunga kredit tak terelakkan karena biaya dana semakin mahal.

Hal ini bisa dilihat kala sejumlah bank lagi-lagi menaikkan suku bunga kredit. Bank Central Asia (BCA), misalnya, menaikkan suku bunga dasar kredit (SBDK) sebesar 50 basis poin untuk kredit korporasi dan 25 basis poin untuk kredit ritel mulai tanggal 30 November 2013. Pada saat bersamaan, Bank Permata menaikkan SBDK sebesar 25 basis poin untuk kredit korporasi, kredit ritel, dan kredit konsumsi non-kredit pemilikan rumah (non-KPR). Sementara itu, Bank Internasional Indonesia (BII) menaikkan SBDK untuk kredit ritel dan KPR masing-masing sebesar 25 basis poin.

Umar Juoro, ekonom sekaligus Komisaris Independen BII, mengatakan bahwa respons BI menghadapi pelemahan rupiah dengan menaikkan BI Rate membuat bankir khawatir. Persaingan bunga simpanan semakin sengit sehingga meningkatkan biaya dana. Akibatnya, bank akan menaikkan suku bunga pinjaman sehingga risiko kredit bermasalah akan semakin meningkat. Menurut Umar, kondisi ini terjadi pada semua bank, baik bank besar, menengah maupun bank kecil. "Perang bunga simpanan sudah tentu akan menimbulkan kondisi tidak sehat," kata Umar.

Sementara itu, Eko B Supriayanto, peneliti The Finance Research, mengatakan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah akan mengakibatkan likuiditas valuta asing (valas) di bank semakin ketat. Permintaan kredit valas akan makin meningkat. Masalahnya, banyak perusahaan mengajukan kredit valas, tetapi memiliki pendapatan rupiah. "Perusahaan ini akan terpukul dan bisa kesulitan melunasi kreditnya," kata Eko.

Dampaknya, akan terjadi flight to quality. Dana nasabah akan berpindah dari bank yang kurang baik ke bank yang dinilai lebih baik. "Ini akan menimbulkan likuiditas di bank crash," kata Eko. (Adhitya Himawan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com