Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan dan Kepatuhan Laporan Bank Indonesia (BI) Wiwiek Sisto Widayat mengatakan, ketidakpastian situasi ekonoki dan nilai tukar rupiah yang makin lemah juga menjadi salah satu alasan eksportir enggan menyimpan devisa hasil ekspor (DHE) di perbankan domestik.
"Eksportir tidak percaya dengan bank domestik, sementara bank di luar negeri lebih tertata. Belum lagi perjanjian mereka biasanya memiliki perjanjian eksportir dengan head office-nya, dan susah melakukan perubahan. Jadi mereka telanjur percaya dan melakukan perjanjian dengan head office-nya," kata Wiwiek di Gedung BI, Selasa (3/12/2013).
Meskipun begitu, Wiwiek menyatakan DHE tak bisa sepenuhnya masuk ke perbankan dalam negeri. Ini karena bervariasinya kegiatan ekspor.
"Tidak mungkin DHE 100 persen masuk karena kegiatan ekspotir itu bermacam-macam, ada yang hanya mendapatkan jasa sehingga ada nilai tambahnya. Ada juga ekspor yang langsung diterima tunai, contohnya ekspor penjual Tanah Abang dan ekspor yang masuknya ke pemerintah yang dilakukan Pertamina dan BUMN," ujarnya.
Lebih lanjut Wiwiek menjelaskan, sosialisasi kepada eksportir ke depannya akan terus dilakukan. Ini akan berdampak pada menguatnya stabilitas makroekonomi dan sumber pembiayaan ekonomi, serta mengaktifkan pasar valuta asing dan meningkatkan kedalaman pasar keuangan di dalam negeri.
"Harapannya 90 persen. Ini artinya potensi kita untuk rupiah semakin stabil dan aman," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.