Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Stok Ayam Melimpah, Harga Ayam Melorot

Kompas.com - 04/12/2013, 08:29 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com -Ratusan peternak unggas dari berbagai daerah mendatangi kantor Kementrian Pertanian. Kompak, mereka melakukan aksi unjuk rasa, Selasa (3/12/2013).

Dalam aksi itu, para peternak meminta pemerintah untuk segera menentukan harga patokan ayam sekaligus mengontrol suplai bibit ayam alias day old chicken (DOC). Pasalnya, tiga bulan belakangan, harga ayam sudah berada di bawah harga produksi.

Dampaknya, para peternak pun merugi. Di wilayah Banjar, Kalimantan semisal, harga ayam hidup di tingkat peternak hanya Rp 8.000 per kilogram (kg). Bahkan di Makassar, harga ayam hidup di tingkat petani hanya Rp 6.000 per kilo. Dengan biaya produksi mencapai Rp 17.000 per kg, para peternak ini merugi.

Harga rata-rata nasional Rp 13.500 per kg bobot hidup tampaknya juga belum mampu menutup ongkos produksi para peternak.

Penurunan harga ayam terjadi karena pasokan ayam berlimpah lantaran tidak ada kontrol pasokan DOC. Celakanya, ongkos tak bisa diirit lantaran harga pakan naik, lantaran pelemahan rupiah. Maklum, sebagian bahan pakan ayam masih diimpor.

Peternak berharap, adanya penetapan harga patokan ayam, yakni ada batas atas dan batas bawah, baik konsumen maupun peternak tidak dirugikan. "Harapan kami, harga jual ayam hidup harus di atas harga pokok produksi. Jika di bawah, kami bangkrut," tandas Katman, koordinator aksi dari Peternak Unggas Nusantara.

Jika kondisi ini terjadi, para peternak jelas harus menanggung kerugian sendiri.

Jodi, peternak ayam asal Bekasi minta agar perusahaan peternak besar mengerem produksi DOC. "Boleh bikin DOC besar-besar, tapi targetnya harus ekspor," kata Jodi.

Adapun Hartono, Ketua Umum Pusat Informasi Pasar Unggas Nasional (Pinsar) meminta agar ada kontrol jumlah DOC. Jika suplai berlebih, stok ayam hidup (live bird) melimpah. "Perkiraan kami terjadi over supply antara 5 persen sampai 15 persen tergantung tiap daerah," jelas Hartono.

Panggil 20 perusahaan

Untuk mengontrol peredaran DOC, Kementrian Pertanian (Kemtan) berjanji akan memanggil sekitar 20 importir bibit indukan ayam atau  grand parent stock (GPS). Selain itu, Kemtan juga akan meminta mereka menekan suplai DOC.

"Kami tidak ingin kelangsungan peternak ini tergoncang karena harga turun," ujar Fauzi Lutan Direktur Budidaya Ternak Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan.

Ia bilang, selama ini pemerintah tidak mengatur harga patokan. Pembentukan harga ayam diserahkan sepenuhnya kepada pasar. Sehingga satu-satunya cara untuk mencegah supaya harga di tingkat peternak tidak jatuh adalah mengatur suplai.

Menurut dia, impor GPS di tahun ini lebih dari cukup. Tak heran jika terjadi over supply DOC. Apalagi, setiap satu GPS bisa menghasilkan kurang lebih 40 ayam parent stock (PS) yang akan menghasilkan day old chicken (DOC).

Data Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas Indonesia (GPPU) menunjukkan data impor GPS tahun ini meningkat. Tahun lalu, impor GPS sebesar 571.000 ekor. Tahun ini diperkirakan impor GPS bisa mencapai 650.000 ekor. Periode Januari hingga November, realisasi impor bibit indukan ayam potong sudah mencapai 574.932 ekor.

Sementara itu, produksi DOC juga terus meningkat. Mengutip data Kemtan, tahun lalu produksi DOC sekitar 1,8 miliar ekor ayam. Sedangkan di tahun 2014 ini, produksi DOC meningkat menjadi 2,2 miliar ekor ayam. Diperkirakan, tahun depan produksi DOC akan kembali naik yakni mencapai sekitar 2,5 miliar ekor. (Maria Elga Ratri)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada Bansos dan Pemilu, Konsumsi Pemerintah Tumbuh Pesat ke Level Tertinggi Sejak 2006

Ada Bansos dan Pemilu, Konsumsi Pemerintah Tumbuh Pesat ke Level Tertinggi Sejak 2006

Whats New
Peringati Hari Buruh 2024, PT GNI Berikan Penghargaan Kepada Karyawan hingga Adakan Pertunjukan Seni

Peringati Hari Buruh 2024, PT GNI Berikan Penghargaan Kepada Karyawan hingga Adakan Pertunjukan Seni

Whats New
Kemenperin Harap Produsen Kembali Perkuat Pabrik Sepatu Bata

Kemenperin Harap Produsen Kembali Perkuat Pabrik Sepatu Bata

Whats New
IHSG Naik Tipis, Rupiah Menguat ke Level Rp 16.026

IHSG Naik Tipis, Rupiah Menguat ke Level Rp 16.026

Whats New
Warung Madura: Branding Lokal yang Kuat, Bukan Sekadar Etnisitas

Warung Madura: Branding Lokal yang Kuat, Bukan Sekadar Etnisitas

Whats New
Ini Tiga Upaya Pengembangan Biomassa untuk Co-firing PLTU

Ini Tiga Upaya Pengembangan Biomassa untuk Co-firing PLTU

Whats New
Strategi untuk Meningkatkan Keamanan Siber di Industri E-commerce

Strategi untuk Meningkatkan Keamanan Siber di Industri E-commerce

Whats New
Permendag Direvisi, Mendag Zulhas Sebut Tak Ada Masalah Lagi dengan Barang TKI

Permendag Direvisi, Mendag Zulhas Sebut Tak Ada Masalah Lagi dengan Barang TKI

Whats New
Pabrik Sepatu Bata Tutup, Kemenperin Bakal Panggil Manajemen

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Kemenperin Bakal Panggil Manajemen

Whats New
Capai 12,5 Persen, Pertumbuhan Ekonomi Dua Wilayah Ini Tertinggi di Indonesia

Capai 12,5 Persen, Pertumbuhan Ekonomi Dua Wilayah Ini Tertinggi di Indonesia

Whats New
Per Februari 2024, Jumlah Pengangguran RI Turun Jadi 7,20 Juta Orang

Per Februari 2024, Jumlah Pengangguran RI Turun Jadi 7,20 Juta Orang

Whats New
Pembangunan Infrastruktur di Australia Jadi Peluang untuk Produsen Baja Lapis RI

Pembangunan Infrastruktur di Australia Jadi Peluang untuk Produsen Baja Lapis RI

Whats New
KAI Ubah Pola Operasi, 21 Kereta Berhenti di Stasiun Jatinegara

KAI Ubah Pola Operasi, 21 Kereta Berhenti di Stasiun Jatinegara

Whats New
Kejar Target 1 Juta Barrel Minyak, Industri Hulu Migas Hadapi Keterbatasan Rig

Kejar Target 1 Juta Barrel Minyak, Industri Hulu Migas Hadapi Keterbatasan Rig

Whats New
PGN Suplai Gas Bumi untuk Smelter Tembaga Freeport

PGN Suplai Gas Bumi untuk Smelter Tembaga Freeport

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com