Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengangkat Keunikan Malang Lewat Soak Ngalam

Kompas.com - 07/12/2013, 18:18 WIB

KOMPAS.com -Selain apel hijau, Kota Malang punya ciri khas unik, yaitu membalik kata alias boso walikan. Misalnya Malang menjadi Ngalam, tidak menjadi kadit. Umumnya, orang-orang, terutama di kalangan anak muda tahu atau paham tentang boso walikan ini.

Inilah yang menginspirasi Tjandra Purnama Edhi merintis usaha suvenir khas Malang dengan merek Soak Ngalam. Bahasa walikan dijadikan ciri khas produk yang ia jual. Jadi, ia mencetak kata-kata unik pada kaos, jaket, topi dan tas buatannya.

Pria yang akrab disapa Tjandra ini bercerita, ide membuat Soak Ngalam berawal dari keinginan mempromosikan budaya khas Malang kepada wisatawan. "Saya ingin melestarikan keunikan kota Malang, seperti bahasa Malangan atau biasa disebut boso walikan. Kata-kata dalam bahasa ini dibaca secara terbalik, tetapi tidak semua kata dapat diartikan secara terbalik," tutur pria kelahiran 44 tahun silam ini.

Beberapa kata yang kerap digunakan Tjandra misalnya genaro yang artinya orang. Ojir yang identik dengan kata uang. Lalu, kalimat oges lecep wis sibun, yang berarti nasi pecel sudah habis.

Lewat Soak Ngalam, Tjandra ingin memberikan cenderamata yang tahan lama, simpel, namun tetap mempunyai kesan tentang keberadaan Kota Malang kepada para pelancong. "Selama ini yang menjadi ikon Kota Malang hanya makanan seperti apel, bakso, dan keripik. Belum ada suvenir seperti ini," klaim Tjandra.

Selain itu, melalui produk-produk Soak Ngalam, pria lulusan Universitas Brawijaya ini ingin mengobati kerinduan masyarakat Malang yang kini menetap di luar kota. Bahkan, menurutnya, cara ini sekaligus bisa menggugah dan memperkenalkan keunikan bahasa Malangan kepada generasi muda yang mungkin sudah tidak lagi mengenal bahasa tersebut.

Setelah empat tahun berjalan, usaha yang dirintis Tjandra semakin berkembang. Kini, ia sudah memiliki dua gerai, yang berlokasi di Jalan Kawi Atas 24 dan Jalan Raya Mulyoagung 03.

Setiap produk didesain secara unik dengan menggunakan basa walikan. Menurutnya, dalam sebulan Soak Malang bisa mengganti desain hingga dua kali. Ini dilakukan supaya produk suvenirnya selalu tampil gres. Bahkan, saat akhir pekan, Soak Ngalam kerap memberikan desain limited edition hanya 100 pieces.

Rata-rata satu lembar kaos Soak Ngalam di banderol Rp 60.000 - Rp 70.000. Khusus untuk anak-anak dipatok seharga Rp 60.000. Adapun, untuk desain khusus, seperti konsep glow in the dark, harga kaos bisa mencapai Rp 80.000 per lembar.

Tjandra mengaku, dalam sehari, Soak Ngalam bisa menjual sekitar 40 hingga 50 kaos. Ditambah produk-produk lainnya. Makanya, ia bisa meraup omzet sekitar Rp 120 juta per bulan.

Omzetnya bisa melejit, jika sedang musim liburan sekolah atau hari raya. Malahan, pada momen-momen seperti itu, Tjandra bisa memproduksi 1000 lembar kaos sebulan.

Kesuksesannya membangun Soak Ngalam dan melestarikan keunikan Malang, menghantarkan Tjandra meraih penghargaan industri kreatif dari Pemerintah Kabupaten Malang. "Saya dinilai mampu mengangkat budaya Malang," ucapnya.

Pembajakan bikin populer

Meskipun perjalanan bisnis Soak Ngalam baru menginjak tahun kelima, tetapi produk-produk kaos kreatif ini sudah banyak diburu para pelancong yang datang ke Malang, Jawa Timur.

Kaos kreatif milik Tjandra Purnama Edhi ini memiliki ciri khas unik, yaitu membalik kata alias boso walikan. Boso walikan ini biasa disebut bahasa Malangan yang sudah populer di kalangan anak muda di Malang.

Kendati sekarang sukses meraup omzet ratusan juta dari usaha ini, bukan berarti perjalanan bisnis Tjandra selalu berjalan mulus. Tjandra menuturkan, salah satu kendala utama di bisnis ini adalah maraknya aksi penjiplakan atas produk kaos kreatif rancangannya. "Pernah ada yang menjiplak dengan sablonannya sendiri dan memakai merek Soak Ngalam," ujarnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Whats New
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Whats New
Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Whats New
Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com