"Harga jual tahun depan kurang lebih sama dengan tahun ini, sekitar 700-750 dollar AS per ton," ujar Irvan usai teken MoU dengan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk, di Jakarta, Jumat (20/12/2013).
Kendati demikian, penyerapan baja oleh pasar diprediksi akan fluktuatif. Hal itu, lanjut Irvan, dikarenakan permintaan akan baja mengikuti nilai tukar.
Sebagai informasi, KS menjual baja dalam harga internasional (dollar AS), dan bisa juga dikonversi dalam rupiah. Pelemahan nilai tukar rupiah atas dollar AS inilah yang berimplikasi pada penjualan baja.
"Komponen (bahan baku) kita yang dibeli dengan dollar AS, hampir 70 persen. Kami memang menggunakan prinsip hedging 50 persen. Tapi itu tidak secara murni menutup semua risiko," jelas Irvan.
"Nilai tukar ini tidak bisa dihindari. Tapi konsumen tidak semuanya mampu (membeli) menggunakan dollar AS," kata dia lagi.
Meskipun demikian, pihaknya optimistis, permintaan baja bakal tetap tinggi didorong pertumbuhan industri otomotif. Irvan menyebut, industri otomotif akan banyak membutuhkan baja untuk dijadikan komponen berbagai varian, seperti body dan mesin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.