Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

4 Hal Ini Berpotensi Perlambat Ekonomi di Tahun Pemilu

Kompas.com - 22/12/2013, 12:27 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com – Pemerintah harus mewaspadai empat hal yang berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi di tahun pemilu. Pengamat perencanaan pembangunan nasional, Syahrial Loetan menuturkan keempat hal tersebut pada tahun ini masih terjadi.

Hal pertama adalah upaya memperkecil transaksi berjalan cukup berat, impor cukup tinggi sementara ekspor melemah. Di sisi lain, upaya perbaikan struktural dalam negeri tak kunjung tuntas. Banyak kebijakan dilahirkan, namun lemah implementasi.

“Sebagai contoh, diversifikasi energi sudah lama didengungkan, namun nyatanya tidak ada konsistensi. Salah satu dampaknya, tingginya subsidi yang harus disediakan pemerintah dalam APBN,” ungkap Syahrial dalam keterangan tertulisnya, Minggu (22/12/2013).

Kedua, struktur industri manufaktur yang “tidak lengkap” dari hulu ke hilir, mengakibatkan pemerintah kesulitan meningkatkan kapasitas nasional sesuai dengan laju permintaan. Banyak “produk antara” yang tidak diproduksi sendiri menjadi kendala dalam peningkatan kapasitas tersebut. Struktur industri ini menyimpan sejumlah masalah cukup serius jika ke depan tidak segera diperbaiki.

Syahrial juga menyebut, banyak kelemahan di dalam perencanaan program maupun implementasi dari Anggaran Pemerintah 2013. Idealnya, kata dia, meski dalam situasi tak terlalu kondusif, perencanaan yang baik jika dibarengi dengan impelmentasi yang baik pula, bakal memberikan dampak multiplier signifikan, khususnya dalam penyerapan tenaga kerja.

“Namun, banyak anggaran pemerintah yang sudah dialokasikan kepada belanja modal, tak dapat diserap secara maksimal (oleh Kementerian Lembaga dan Pemerintah Daerah), sehingga dampak multiplier-nya menjadi tertunda,” jelasnya.

Terakhir, kata dia, sinyal pemerintah yang akan mengerem sedikit laju pertumbuhan ekonomi namun dengan target yang lebih tinggi dari tahun 2013, memberikan tanda yang sedikit membingungkan. Namun, lebih baik semua pihak melihat prospek investasi swasta dan pergerakan konsumsi rumah tangga.

Syahrial mengatakan, penyerapan tenaga kerja dan konsumsi rumah tangga sebenarnya mempunyai dampak yang lebih dominan untuk menyumbang angka produk domestik bruto. Kegiatan Pemilu akan menyebabkan banyaknya dana yang menyebar di rumah tangga, sehingga pertumbuhan konsumsi rumah tangga masih tetap tinggi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Rilis
INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

Whats New
Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com