Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Genjot Produksi Keripik, Nur Ciptakan Mesin Pengiris

Kompas.com - 07/01/2014, 09:36 WIB
Kontributor Bireuen, Desi Safnita Saifan

Penulis


BIREUEN.KOMPAS.com — Keripik pisang sejak lama dikenal sebagai salah satu oleh-oleh Kabupaten Bireuen, Aceh. Sehingga, setiap waktu terus bermunculan sentra-sentra pengrajin keripik pisang dengan aneka rasa, seperti keripik gurih dengan cita rasa manis maupun asin.

Ramainya bisnis itu disikapi oleh pasangan suami isteri, M. Nur, 55, dan Mardiana, 52, warga Desa Juli Meunasah Teungoh, Kecamatan Juli. Hampir 14 tahun menjadi pengrajin keripik, M. Nur kemudian merakit sebuah mesin pemotong cepat sederhana. Alhasil, bahan baku seperti pisang, singkong maupun sukun dalam sekejap teriris tipis.

Diakui M.Nur, yang juga berprofesi sebagai pekerja bengkel, butuh setahun baginya untuk merampungkan mesin hasil inovasinya itu.

“Kasihan melihat istri memotong keripik hampir tiga jam setiap mau menggoreng. Dari situ saya terdorong mengembangkan kemampuan membuat mesin ini,” ujarnya seraya menunjuk mesin pemotong.

Alhasil, mesin yang dibuat itu mampu menghemat waktu hingga 2,5 jam dari pengirisan secara manual yang biasa dilakukan Mardiana. Dengan demikian, waktu pembuatan keripik menjadi lebih singkat serta keripik yang dihasilkan jauh lebih banyak dibanding sebelumnya.

Untuk bahan baku Mardiana menyebutkan menanam sendiri ubi dan pisang di kebun miliknya. Sehingga modal yang dikeluarkan irit dan hemat waktu.

“Dalam seminggu saya bisa mengolah hingga lima kali keripik sejumlah 30 kilogram sekali goreng,” katanya kepada Kompas.com, Selasa (7/1/2014).

Dengan pendapatan dari usahanya itu, Mardiana mengaku bisa menutupi kebutuhan ekonomi keluarganya yang tak lagi murah, kendati masih belum memadai. Jika hanya mengandalkan sang suami yang bergantung pada bengkel sederhana di garasi rumah mereka, dirasa Mardiana tidaklah cukup.

Sehingga ide melanjutkan bisnis keripik dirasa potensial untuk menyambung masa depan keluarganya itu. Mardiana masih ingat, bisnis ini dimulainya saat harga keripik pisang masih Rp 3 ribu per kilogram, bayangkan saja saat ini sudah mencapai Rp30 ribu per kilogram.

“Naiknya harga keripik dijual sejalan dengan mahalnya bahan baku pembuatan, seperti ubi atau pisang, minyak makan, kayu bakar dan rempah-rempah,” terang Mardian seraya menyebutkan ia juga gencar melakukan promosi hingga membuka pesanan menjelang lebaran.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com