Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merpati Akan Susul 6 Maskapai Lain yang Telah "Almarhum"?

Kompas.com - 04/02/2014, 14:20 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com
- Kondisi kesehatan PT Merpati Nusantara Airlines mungkin sudah sangat kritis. Di tengah lilitan utang sebesar Rp 6,7 triliun terhadap BUMN penerbangan itu, kini Merpati juga tengah menghadapi tuntutan karyawan yang tidak mendapatkan gaji selama 3 bulan.

Pemogokan yang berujung pada tidak beroperasinya layanan bakal membuat kinerja Merpati bakal semakin terpuruk. Rencana pembentukan anak usaha juga semakin tidak jelas, menyusul pemogokan ini.

Jika memang nantinya kolaps, Merpati akan semakin menambah daftar panjang maskapai yang tumbang di pasar dalam negeri. Hal ini sungguh ironi. Ketika pasar penerbangan nasional mulai tumbuh signifikan dan menjadi incaran empuk maskapai asing, justru pemain lama dalam negeri tak bisa menikmatinya.

Industri penerbangan memang membutuhkan modal yang kuat dan manajemen yang mumpuni. Hal ini karena margin di bisnis ini tidak sebesar bisnis barang-barang konsumer.

Sejauh ini, sudah ada enam maskapai dalam negeri yang kolaps, yaitu Sempati Air, Bouraq, Jatayu Airlines, Adam Air, Indonesia Airlines dan Batavia Air.

Dari berbagai maskapai yang teah bangkrut itu, sebagian besar memang disebabkan oleh besarnya utang, hingga tak mampu membayar.

Seperti Sempati Air. Maskapai ini adalah salah satu maskapai penerbangan nasional, yang sangat ekspansif ketika Orde Baru sedang berada di puncak kejayaannya. Maskapai yang sebagian besar sahamnya digenggam oleh orang di lingkar Soeharto ini membuka rute ke berbagai wilayah, baik domestik maupun regional.

Saking ekspansifnya, perusahaan ini bahkan sempat menyaingi Garuda Indonesia. Namun yang tak bisa dihindari, ekspansi bisnis berbanding lurus dengan utang yang ditumpuk. Hingga pada saat krisis 1998, utang Sempati menggunung hingga mencapai Rp 1,1 triliun kepada 470 perusahaan.

Adapun Bouraq kurang lebih mengalami kondisi yang sama. Kondisi keuangan perusahaan pasca-krisis 1998 membuat kinerja perusahaan semakin berat. Dimulai dari pendiri yang Bouraq, Jerry Sumendap, yang meninggal pada pertengahan 1995, membuat maskapai ini dipiloti oleh generasi kedua.

Perekonomian Indonesia memasuki krisis moneter 1998, dan Bouraq berupaya terus bertahan dengan berbagai strategi. Meski demikian, toh maskapai ini akhirnya menyerah pada 25 Juli 2005.

Kejadian terakhir adalah maskapai Batavia Air. Perusahaan penerbangan ini pada akhirnya bangkrut setelah dililit utang hingga Rp 2,5 triliun. Sempat coba diselamatkan oleh AirAsia, namun upaya itu kandas setelah tak tercapainya kesepakatan antara pemilik Batavia dengan Tony Fernandes.

Jika dilihat, kolapsnya maskapai-maskapai penerbangan sebelumnya akibat utang, namun dengan jumlah yang tidak sefantastis Merpati, Rp 6,7 triliun. Untuk itu, masihkah ada peluang bagi maskapai pelat merah itu untuk kembali bangkit?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Whats New
Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Whats New
Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com