Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keinginan Petani Alih Profesi Tak Mulus

Kompas.com - 05/02/2014, 15:15 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Laju pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan pada 2013 lebih rendah dibanding pertumbuhan ekonomi.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pertumbuhannya hanya 3,83 persen, dengan share 0,40 persen dari total PDB kuartal-IV 2013 yang mencapai 5,72 persen. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi sepanjang 2013 sebesar 5,78 persen.

Namun yang menarik, jumlah tenaga kerja yang diserap sektor ini lumayan tinggi sekitar 38 juta orang.

Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS, Suhariyanto, menjelaskan, seharusnya jika share pertanian mengecil, maka penyerapan tenaga kerjanya juga mengecil.

"Harusnya nanti pertanian itu mengecil (tenaga kerjanya) pindah ke sekunder. Semakin maju negara akan seperti itu. Singapura misalnya, atau Amerika Serikat. Pertanian di AS besar tapi share-nya hanya sekitar 3 persen karena orang-orang bergerak di jasa. Ketika semua tenaga kerja berkualitas, yang terjadi pergeseran itu," terang Suhariyanto, di Kantor BPS, Rabu (5/2/2014).

Namun, yang terjadi di Indonesia, perpindahan tenaga kerja tersebut tidak mulus. Share pertanian turun, tetapi tenaga kerja yang diserap makin banyak.

Lebih lanjut dia menjelaskan, hal itu ditengarai lantaran pendidikan orang Indonesia masih rendah. Dia mengatakan, lebih dari 50 persen sumber daya manusia masih berlevel pendidikan dasar.

"Kualitas pekerja kita bermasalah. Kalau dilihat, 50 persen pendidikan SD. PR besar bagaimana tingkatkan SDM supaya lebih berkualitas. Kalau enggak mampu dari pendidikan formal at least training. Karena ketika enggak bagus bagaimana mungkin akan bekerja di sektor tersier," pungkasnya.

Selain sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan, sektor industri pengolahan juga mengalami pergeseran tenaga kerja. Ia menyebutkan, sepanjang 2013 semakin banyak orang bekerja di sektor perdagangan, hotel, dan restoran.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com