Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS, Suhariyanto menyebutkan, pada kuartal-III 2013 terdapat sekitar 114 pilkada.
"Sekarang jelas, pilkada tadi begitu besar dampaknya di konsumsi rumah tangga. Seperti sektor industri kaos, makanan, dan macam-macam. Nah, pemilu ke depan ini sekarang belum kelihatan. Akan kelihatan nanti di April," kata dia di Kantor BPS, Jakarta, Rabu (5/2/2014).
Aktivitas politik seperti pemilu memang mendongkrak nilai PDB. Sepanjang 2013, pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar Rp 5.071,1 triliun, terbesar diantara kelompok pengeluaran lain. Disusul berikutnya, adalah pembentukan modal tetap bruto (PMTB) yang sebesar Rp 2.876,3 triliun.
Sementara, konsumsi pemerintah hanya Rp 827,2 triliun. Ditanya perihal dampak pemilu April 2014 terhadap pertumbuhan ekonomi, Suhariyanto menuturkan, BPS tidak pernah membuat analisa khusus.
Namun, dilihat secara historis, yakni pemilu 2005 dan 2009 tampak ada pergerakan di sejumlah komponen pertumbuhan ekonomi pada saat pemilu dihelat. Namun demikian, Kepala BPS, Suryamin memastikan, pemilu bakal mendongkrak konsumsi rumah tangga.
Hal itu lantaran parpol akan banyak membagi-bagikan kaos, makanan dan lainnya. Di sisi lain, ia menambahkan, komponen lain pertumbuhan ekonomi 2013 lalu adalah pengeluaran konsumsi pemerintah yang tumbuh dibanding 2012.
Hal itu disebabkan adanya tunjangan kinerja bagi PNS. Neraca perdagangan kuartal-IV 2013 yang mengalami surplus 1,52 miliar dollar AS, juga turut menyumbang pertumbuhan ekonomi menjadi 5,78 persen. Membaiknya ekspor Indonesia disebabkan dampak perekonomian global yang sudah menunjukkan tanda-tanda pemulihan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.