"Semua kelompok pengeluaran masyarakat mengalami kenaikan, meski, tidak terlalu besar," ujar Sarman melalui siaran pers yang diterima Kompas.com, Rabu (5/2/2014).
Beberapa kelompok pengeluaran yang dimaksud yakni makanan mengalami kenaikan 2,83persen, perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,96 persen, makanan jadi, minuman, rokok serta tembakau 0,91 persen, kelompok sandang naik 0,86 persen, kesehatan 0,70 persen, pendidikan, rekreasi dan olahraga naik 0,61 persen dan transportasi dan jasa keuangan 0,41 persen.
Meski masih tergolong normal, kenaikan laju inflasi bulan ini terjadi bukan hanya karena banjir di Jakarta saja, tapi juga di wilayah penyangga Jakarta, mulai dari Tangerang, Bekasi, Cikarang dan termasuk Karawang dan Jalur Pantai Utara Jawa atau Pantura.
"Distribusi barang kebutuhan pokok ke dan dari Jakarta, akibat banjir, mengalami keterlambatan dam memicu harga naik,"ujarnya.
Para pengusaha, lanjut Sarman, Berharap Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mempercepat terobosan program penanggulangan banjir yang terjadi bukan lagi lima tahunan, namun setiap tahun. Pasalnya, setiap kali banjir melanda, geliat bisnis di Jakarta yang menopang ekonomi nasional mengalami kerugian sangat besar.
"Sebagai sebuah kota pusat bisnis, perdagangan pariwisata dan investasi, Jakarta harus mampu menekan dampak banjir. Jika itu terjadi, investor, wisatawan tidak ragu datang ke Jakarta," ujar Sarman.
Penanganan banjir dirasa mendesak mengingat 1 Januari 2015 mendatang era perdagangan bebas di ASEAN akan diberlakukan.