Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 19/02/2014, 14:20 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Partai Persatuan Pembangunan meletakkan kemandirian pangan dan energi sebagai isu sentral dalam platform ekonominya. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara merupakan instrumen dalam mewujudkan kemandirian pangan dan energi di Indonesia.

”Pada akhirnya, instrumen paling konkret yang dimiliki pemerintah untuk melaksanakan pembangunan itu adalah APBN. Jadi, fungsi APBN ini menjadi penting sekali,” kata Wakil Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Suharso Monoarfa didampingi salah satu Ketua DPP PPP Aunur Rofiq saat ditemui di Jakarta, Jumat (14/2/2014).

Kenapa pangan dan energi? Suharso beralasan bahwa kedua hal itu merupakan kebutuhan yang amat strategis dan mendasar dalam perjalanan sejarah bangsa dan negara ke depan. Pangan dan energi juga merupakan isu sensitif, baik dalam konteks dalam negeri, kawasan, maupun global.

Peningkatan jumlah penduduk Indonesia menjadi 305,6 juta jiwa pada tahun 2035 sebagaimana proyeksi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional mengirimkan sinyal bahwa berbagai kebutuhan, termasuk energi dan pangan, pun akan berlipat. Untuk itu, antisipasi kebijakannya harus dimulai sejak saat ini. APBN mesti mengartikulasikannya.

PPP berjanji melakukan perubahan mendasar pada struktur APBN dengan kemandirian pangan dan energi sebagai wawasannya. PPP, misalnya, akan mengusulkan nilai tukar petani (NTP) sebagai salah satu asumsi makro dalam APBN.

NTP sebagai alat ukur tingkat kesejahteraan petani akan terus dipatok meningkat setiap tahun. Pertimbangannya sangat sederhana, peningkatan pendapatan petani merupakan insentif konkret untuk mendorong kemandirian pangan sekaligus akan menambah rasio pajak.

Peningkatan NTP akan ditempuh dengan memberikan dukungan anggaran dalam nilai dan struktur yang memadai ke sektor pertanian. Salah satunya adalah dengan mengalokasikan pembiayaan, dan bukan berbentuk subsidi, ke sektor pertanian melalui Perum Bulog.

Bulog diminta membeli beras dari petani dengan harga tinggi. Selain langkah ini akan meningkatkan kesejahteraan petani, model ini juga akan mendorong petani lebih banyak menanam padi dan komoditas pangan lainnya.

Dalam hal energi, sudah saatnya subsidi bahan bakar minyak (BBM) untuk mobil-mobil berpelat hitam dialihkan untuk mendorong kemandirian energi dan untuk menanggulangi kemiskinan. Dengan produksi minyak yang makin terbatas, konsumsi minyak harus dibatasi pada tingkat volume konsumsi tertentu.

Pencarian cadangan-cadangan baru akan terus didorong. Tidak pertama-tama untuk memenuhi kebutuhan hari ini, tetapi untuk untuk menambah stok cadangan domestik guna mengantisipasi kebutuhan masa depan.

PPP akan mendorong APBN yang selama ini sistem administrasinya berbasis tunai menjadi akrual. Model ini untuk menjamin kesinambungan pendanaan atas program tahun jamak.

Selain itu, PPP juga akan menggeser sebagian struktur subsidi menjadi skema pembiayaan. Ini disalurkan melalui badan layanan umum. Cara ini diyakini lebih sehat, efektif, dan efisien. (FX LAKSANA AGUNG SAPUTRA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bea Cukai Jember Sita 59 Liter Miras Ilegal Bernilai Belasan Juta Rupiah di Kecamatan Silo

Bea Cukai Jember Sita 59 Liter Miras Ilegal Bernilai Belasan Juta Rupiah di Kecamatan Silo

Whats New
IHSG Berakhir di Zona Merah, Rupiah Stabil

IHSG Berakhir di Zona Merah, Rupiah Stabil

Whats New
Laba Bersih PTBA Turun 51,2 Persen Menjadi Rp 5,2 Triliun pada 2023

Laba Bersih PTBA Turun 51,2 Persen Menjadi Rp 5,2 Triliun pada 2023

Whats New
PTBA Bakal Tebar Dividen Rp 4,6 Triliun dari Laba Bersih 2023

PTBA Bakal Tebar Dividen Rp 4,6 Triliun dari Laba Bersih 2023

Whats New
Bos BI: Kenaikan Suku Bunga Berhasil Menarik Modal Asing ke Pasar Keuangan RI

Bos BI: Kenaikan Suku Bunga Berhasil Menarik Modal Asing ke Pasar Keuangan RI

Whats New
Saat Persoalan Keuangan Indofarma Bakal Berujung Pelaporan ke Kejagung

Saat Persoalan Keuangan Indofarma Bakal Berujung Pelaporan ke Kejagung

Whats New
Luhut Perkirakan Pembangunan Bandara VVIP IKN Rampung Tahun Depan

Luhut Perkirakan Pembangunan Bandara VVIP IKN Rampung Tahun Depan

Whats New
5 Hal di CV yang Bikin Kandidat Tampak Lemah di Mata HRD, Apa Saja?

5 Hal di CV yang Bikin Kandidat Tampak Lemah di Mata HRD, Apa Saja?

Work Smart
Cegah Persaingan Usaha Tidak Sehat, KPPU Tingkatkan Kerja Sama dengan Bea Cukai

Cegah Persaingan Usaha Tidak Sehat, KPPU Tingkatkan Kerja Sama dengan Bea Cukai

Whats New
Pelepasan Lampion Waisak, InJourney Targetkan 50.000 Pengunjung di Candi Borobudur

Pelepasan Lampion Waisak, InJourney Targetkan 50.000 Pengunjung di Candi Borobudur

Whats New
Didukung Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Masih Menjanjikan

Didukung Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Masih Menjanjikan

Whats New
Bangun Smelter Nikel Berkapasitas 7,5 Ton, MMP Targetkan Selesai dalam 15 Bulan

Bangun Smelter Nikel Berkapasitas 7,5 Ton, MMP Targetkan Selesai dalam 15 Bulan

Whats New
Gelar RUPS, Antam Umumkan Direksi Baru

Gelar RUPS, Antam Umumkan Direksi Baru

Whats New
Siap-siap, Antam Bakal Tebar Dividen 100 Persen dari Laba Bersih 2023

Siap-siap, Antam Bakal Tebar Dividen 100 Persen dari Laba Bersih 2023

Whats New
Berkomitmen Sediakan Layanan Digital One-Stop Solution, Indonet Resmikan EDGE2

Berkomitmen Sediakan Layanan Digital One-Stop Solution, Indonet Resmikan EDGE2

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com