"Alfa itu kan biaya distribusi, saat ini Rp 600 per liter itu dari Sabang sampai Merauke. Artinya kalau pengusaha itu kan ngitung, kalau punya storage di Kalimantan ngapain bawa ke Papua? Orang males. Padahal bangun storage di sana (Papua) mahal," kata Andy.
Menurut Andy, jika sistem alfa nasional diubah menjadi alfa wilayah, atau distribusi lokal, maka pengusaha akan mau menanamkan investasi. "Syukur-syukur bangun kilang minyak, tapi paling gampang bangun storage. Nanti tinggal Pemda menyediakan lahannya," katanya.
Dengan demikian, lanjut Andy, ketersediaan energi bisa lebih terjamin secara efisien. Ia menambahkan, usulan ini sedianya telah disampaikan ke Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Namun, ia belum sempat mengajukan usulan ini ke Kementerian Keuangan secara formal.
"Tapi dulu saya pernah ngomong ke Pak Bambang (Bambang Brodjonegoro, Wakil Menteri Keuangan), tapi katanya dulu mau dikaji dulu," ujar Andy.
Ia menegaskan, jika usulan ini disepakati, maka alfa nasional tidak lagi berlaku, diganti alfa wilayah. Berdasarkan data BPH Migas, pertumbuhan penyalur BBM di Indonesia setahun terakhir tercatat 4,9 persen, dari sebanyak 6.085 penyalur pada 2013 lalu menjadi 6.385 penyalur pada 2014 ini. Sementara itu, jumlah SPBU turut naik 3,6 persen, dari 5.189 SPBU pada 2013 menjadi 5.376 SPBU pada 2014.
Berdasarkan provinsi, jumlah penyalur BBM terbanyak ada di Provinsi Jawa Barat sebanyak 923 penyalur, disusul Jawa Timur sebanyak 916 penyalur. Di luar Jawa, Sumatera Utara banyak memiliki penyalur BBM (396), dan Sulawesi Selatan sebanyak 228 penyalur. Kalimantan Utara menjadi provinsi dengan catatan penyalur BBM terminim, 21 penyalur, disusul Gorontalo (24) dan Sulawesi Barat (26).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.