Namun diharapkan bank BUMN menjadi pembeli bank eks Century tersebut. Alasannya, saat ini kepemilikan asing di sektor perbankan sudah sekitar 95 persen. "Saya rasa bank BUMN, kalau asing sudah banyak yang memiliki swasta, 95 persen. Jadi (jangan) menambah porsi kepemilikan asing," kata dia dalam sebuah diskusi, Jakarta, Minggu (2/3/2014).
Di sisi lain, ia menilai jika dibeli oleh bank BUMN, kemungkinan besar Bank Mutiara masih tetap menjadi community bank dan tidak berubah menjadi corporate bank. Menurut dia lagi, jika dibeli bank BUMN, maka risiko ke depan lebih minimal.
Meski demikian, sambung Faisal, yang menjadi masalah saat ini adalah pemerintah berkeinginan agar Bank Mutiara dibeli dengan harga Rp 6,7 triliun, nilai yang sama ketika pada 2008 lalu LPS mem-bailout Bank Century.
Harga yang tinggi tersebut, dinilai tidak menarik bagi calon pembeli. Namun untuk bank BUMN hal itu ada solusinya.
"Misalnya Bank Mandiri, mereka kan punya obligasi rekap pemerintah. Nanti kalau diizinkan, pakai itu saja, sehingga tidak ada flow of money. Obligasi rekap Mandiri juga berkurang, itu bagus kan. Bank-bank (pemerintah) lainnya juga punya," terang Faisal.
"Itu tinggal metode pembayaran saja. Obligasi rekap turun kan bagus, kemudian dipegang LPS. Nanti pemerintah beli dari LPS kalau memungkinkan, kan gitu," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.