Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banjir Berlalu, Inflasi Februari Diprediksi Lebih Rendah

Kompas.com - 03/03/2014, 09:08 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Puncak gejolak harga khususnya bahan makanan akibat banjir sudah lewat. Dengan demikian, diprediksi indeks harga konsumen Februari 2014 lebih rendah dibanding Januari 2014 yang mencapai 1,07 persen.

"Saya rasa kalau lihat gelagat harga-harga makanan, banjir sudah mencapai puncaknya," kata Faisal Basri kepada wartawan, Minggu (2/3/2014).

Ia memprediksi inflasi dari Februari 2013 ke Februari 2014 (year on year) sebesar 8,1 persen. Adapun faktor pendorong inflasi diperkirakan terbesar masih dari bahan makanan, disusul administered prices, seperti tarif dasar listrik. "Kalau manufacturing kan stabil sekali, hampir tidak ada perubahan harga," katanya.

Meski terjadi bencana erupsi Gunung Kelud pada Februari lalu, namun dampaknya diperkirakan tidak sebesar banjir. Sementara itu, transaksi perdagangan Januari 2014 sudah menunjukkan trend membaik, meski di sektor tambang, kalangan industri mulai menghentikan ekspor ore (mineral mentah).

Hal tersebut, kata Faisal, juga didorong pengalihan produksi otomotif yang sudah terjadi sejak tahun lalu, sehingga menyebabkan impor kendaraan dan bagian-bagiannya turun. "Sekarang Fortuner, Vios, Yaris, sama Limo sudah diproduksi di sini. Tidak lagi kita impor dari Thailand," ujarnya.

Namun, sayangnya, dia tidak bisa memastikan berapa dollar AS surplus transaksi perdagangan. "Yang penting trend membaik," ucap Faisal.

Badan Pusat Statistik (BPS) melansir transaksi perdagangan Indonesia pada Desember 2013 mengalami surplus 1,5251 miliar dollar AS. Ekspor pada bulan itu tercatat sebesar 16,98 miliar dollar AS, sedangkan impornya 15,46 miliar dollar AS. Namun, secara kumulatif Januari-Desember 2013, transaksi perdagangan Indonesia masih mengalami defisit sebesar 4,063 miliar dollar AS.

Kepala BPS Suryamin, mengatakan, ini masih lebih bagus dari yang banyak diprediksikan orang bahwa defisitnya bisa menembus 5 miliar dollar AS.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com