Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

DEN Tagih Komitmen Pemerintah untuk Manfaatkan BBN

Kompas.com - 12/03/2014, 14:54 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Potensi energi baru terbarukan sebagai subsitusi sumber enegi fosil cukup besar, salah satunya adalah bahan bakar nabati (BBN). Namun penggunaan sumber energi tersebut masih menemui banyak kendala.

Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Tumiran melihat ada beberapa bottle neck dalam pemanfaatan BBN itu. Sehingga, butuh campur tangan dan komitmen pemerintah untuk merealisasikan penggunaan BBN 5 persen.

"Kalau kami sebenarnya lihatnya sederhana. Sebaiknya harga pasar domestik diperbaiki betul," kata Tumiran dijumpai usai rapat DEN, Rabu (12/3/2014).

Harga BBN yang dinilai terlalu rendah tidak hanya membuat investor BBN enggan menanamkan modalnya. Lebih dari itu, tidak menggembirakan bagi para petani atau produsen BBN.

"Bottle neck-nya ini harga karena dengan harga Rp 3100, investor enggak mau kan. Karena harga di hulu Rp 2200 setara premium, selisihnya kurang Rp 1000, enggak mau," lanjutnya.

Padahal, menurutnya ketimbang mengimpor minyak, pemerintah lebih baik mengalokasikan anggaran tersebut untuk memperbaiki harga BBN di pasar domestik.

"Harganya malah masih lebih rendah. Kita mau beli BBM dari luar yang lebih mahal dan menyedot devisa. Daripada mensubsidi produk orang lain, kenapa tidak mensubsidi produk kita saja," paparnya.

Dalam sidang DEN ke-12 siang ini yang dihelat di Kantor Kementerian Perhubungan, disepakati pembentukan pokja BBN. Tumiran berharap, pokja ini berdiri dan sudah bekerja kurang dari enam bulan ke depan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com