Beberapa pihak menilai, melemahnya rupiah ini akibat tidak memuaskannya hasil pemilu legislatif (pileg) pada 9 April kemarin.
"Saya kira ini ekspektasi tidak tercapai ya. Banyak yang mengharapkan paling tidak suara yang terkumpul 25 persen," kata ekonom Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih, ketika dihubungi Kompas.com, Kamis (10/4/2014).
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) menjadi partai yang memperoleh suara terbanyak versi hitung cepat (quick count). Namun, perolehan suara yang masih rendah ini akan sulit.
Menurut Lana, akan cukup berat bagi PDI-P untuk membawa Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo sebagai capresnya. "Sekarang ini yang terpenting adalah bagaimana dan siapa calon wakil presidennya Pak Jokowi. Apakah harus koalisi dengan partai lain, itu kan juga harus dipikirkan," ujar Lana.
Menurut dosen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia tersebut, kondisi saat ini masih diselimuti ketidakpastian yang tinggi. PDI-P akan cukup kesulitan menggenjot persentase suara lantaran waktu yang mepet.
Kondisi ketidakpastian ini tentu akan berdampak pula pada nilai tukar rupiah. "Kondisi rupiah akan terus begini, paling tidak sampai Oktober ya. Saya memperkirakan, kalaupun paling tinggi, itu ada di Rp 11.800 (per dollar AS). Tapi kisarannya sih masih tetap ada di Rp 11.300 sampai Rp 11.500. Itu masih sangat mungkin," ujar Lana.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.