Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korporasi Kian Agresif Tarik Utang Luar Negeri

Kompas.com - 13/04/2014, 15:26 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Korporasi kian ramai mencari utang. Bila tidak direm, utang korporasi ini bak bom yang sewaktu-waktu bisa menggoyang perekonomian. Setidaknya ada tujuh korporsi yang berencana menerbitkan surat utang berdenominasi dolar Amerika Serikat (AS) atau obligasi valas pada tahun ini.

Tiga di antaranya direncanakan keluar pada triwulan II 2014. Pertama, PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau Sritex yang akan menerbitkan utang senilai 300 juta dollar AS. Kedua, PT Telekomunikasi Seluler (Telkomsel) dengan nilai 200 juta dollar AS dan ketiga PT Pelindo III (Persero) yang akan menerbitkan 400 juta dollar AS.

Bank Indonesia (BI) sendiri sudah memberikan alarm peringatan terhadap utang luar negeri swasta. Asal tahu, posisi utang swasta sudah melampaui utang pemerintah. Data terbaru BI, posisi utang swasta pada Januari 2014 sebesar 141,35 miliar dollar AS sedangkan utang pemerintah sendiri sebesar US$ 118,88 miliar.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara menjelaskan, yang menjadi perhatian BI adalah korporasi yang berutang dolar namun penghasilannya dalam bentuk rupiah. Pasalnya akan ada risiko perbedaan mata uang, apalagi dengan kondisi rupiah saat ini yang masih belum stabil.

Menurut Tirta, seharusnya rasio aman antara aset dan utang yang dimiliki korporasi adalah 30 persen-40 persen. Rasio tersebut memperhitungkan utang jangka panjang dengan tenor lebih dari satu tahun. Kalau sudah lebih dari persentase tersebut maka utang swasta sudah tidak aman.

Tidak berhenti di situ saja. Utang swasta ini nanti akan jelas berpengaruh pada rupiah saat utangnya jatuh waktu. Tekanan bertambah besar apabila korporasi yang berutang ternyata tidak mempunyai penghasilan dalam bentuk valuta asing. "Mereka harus beli valas di pasar untuk bayar uang. Ini yang bisa menekan rupiah," ujar Tirta kepada KONTAN, Minggu (13/4).

Meskipun BI mengaku sudah mewaspadai utang swasta, otoritas moneter ini belum mempunyai instrumen tambahan untuk mengantisipasi. Tirta hanya bilang, pasar valas akan terus diperdalam. (Margareta Engge Kharismawati)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com