Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekonom UGM: Waktu Belum Berpihak pada Dahlan Iskan

Kompas.com - 23/04/2014, 19:41 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, A Tony Prasetiantono, menilai Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ingin berada dalam posisi aman, dengan menjaga stabilitas pada tahun perubahan pemerintahan ini.

Pernyataan tersebut ia sampaikan menanggapi penundaan akuisisi PT Bank Tabungan Negara (BTN). "Saya pikir itu pilihan yang logis, saya bisa memahami dan menerimanya," kata Tony dihubungi wartawan, Rabu (23/4/2014).

Dengan penundaan ini, lanjut Tony, konsolidasi bank tetap akan menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintahan berikutnya. Sebenarnya, kata Tony, konsolidasi bank adalah PR lama yang tidak berhasil dieksekusi Menteri BUMN sebelumnya.

"Dahlan Iskan berani memecah kebekuan, namun timing memang tidak memihak kepadanya," ujarnya.

Secara umum, kata Tony, saat ini jumlah bank di Indonesia ada 120 bank. Jumlah itu terlalu banyak, sehingga perlu dikonsolidasi menjadi 60-70 bank. "Pemerintah yang punya 4 bank memiliki momentum untuk mengkonsolidasikannya menjadi, katakanlah, 2 bank," terang Tony.

Lain halnya dengan perbankan swasta. Kata Tony, konsolidasi bank swasta sulit dilakukan, meski BI (kini OJK) sudah berusaha mendorongnya. "Karena itu pemerintah mestinya menjadi pelopor merger atau konsolidasi melalui bank BUMN yang dimilikinya," pungkasnya.

Sebelumnya, Menteri BUMN, Dahlan Iskan, kepada Kompas.com, membagi kekecewaannya terkait penundaan akuisisi Bank BTN. "Sayang sekali sebenarnya. Momentum yang sangat baik tidak bisa kita manfaatkan," kata Dahlan.

"Tapi ya sudahlah. Saya kan cuma menteri. Harus tunduk pada putusan yang di atas," kata dia pasrah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com