Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasar Indonesia Jadi Incaran Produsen Mesin

Kompas.com - 24/04/2014, 15:57 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com —  Indonesia hingga saat ini masih menjadi pasar yang diincar produsen mesin dunia. Kondisi ini tidak lepas dari belum tumbuhnya industri barang modal di Tanah Air.

”Defisit neraca perdagangan disumbang pula oleh impor barang modal dan bahan baku,” kata Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian Harjanto di sela pameran Indo Intertex-Inatex- Indo Dyechem 2014 di Jakarta International Expo, Rabu (23/4/2014).

Dari data Kementerian Perindustrian, total impor produk industri pada tahun 2012 senilai 139,73 miliar dollar AS. Sekitar 90 persen di antaranya merupakan impor bahan baku, bahan penolong, dan barang modal.

Menurut Harjanto, impor mesin bersifat produktif untuk mendorong produksi, meningkatkan nilai tambah di dalam negeri, dan mendukung ekspor.

Meski demikian, pemerintah berusaha agar industri komponen dan suku cadang bertumbuh di dalam negeri. Pertumbuhan industri komponen tersebut diyakini akan mendukung pertumbuhan industri permesinan di Tanah Air.

Chairman of Verband Deutscher Maschinen-und Anlagenbau Garment and Leather Technology and Managing Director of the Veit Group, Gunter Veit menekankan pentingnya kesiapan industri komponen dalam mendukung pertumbuhan industri mesin di suatu negara.

”Di Jerman, sistem pendidikan pun turut mendukung perkembangan sumber daya manusia. Ini yang menjelaskan kuatnya industri mesin di Jerman,” kata Gunter Veit.

Ia mengatakan, nilai ekspor manufaktur mesin garmen dan jahit Jerman pada tahun 2013 mencapai 466 juta euro, meningkat 13 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang 406 juta euro.

Posisi ini menempatkan Jerman dalam tiga besar negara terpenting penyedia mesin garmen dan jahit selain Tiongkok dan Jepang. Pasar utama produk mesin Jerman tersebut pada tahun 2013 antara lain Amerika Serikat, India, dan Turki.

Gunter Veit menuturkan arti penting pasar mesin garmen di Indonesia. ”Peningkatan upah dan biaya produksi di Tiongkok mendorong beralihnya produksi garmen lokal ke Asia Selatan dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia,” katanya.

Hal ini mendorong masuknya penyedia teknologi industri tekstil dan garmen Jerman dalam pameran Indo Intertex-Inatex- Indo Dyechem 2014. (CAS)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Whats New
Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Whats New
IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

Whats New
Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Whats New
BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

Whats New
Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Whats New
Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Whats New
Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Work Smart
Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Whats New
17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

Whats New
Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

Rilis
Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya 'Serok'?

Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya "Serok"?

Earn Smart
Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Whats New
Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com