Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peluang Usaha Binatu ala Jogja

Kompas.com - 27/04/2014, 09:21 WIB

KOMPAS.com - Bisnis jasa binatu alias laundry sejak beberapa tahun terakhir terus bermunculan. Sebab, kebutuhan masyarakat khususnya yang berdomisili di kota-kota besar akan jasa binatu makin tinggi. Maklum saja, kesibukan di luar rumah sepanjang pekan membuat sebagian orang tidak lagi memiliki waktu untuk mencuci baju sendiri di rumah. Peluang bisnis ini pun ingin dicecap oleh Ridian Saputra.

Pria ini mendirikan jasa binatu bernama Startup Laundry pada 2013. Pada saat yang sama Ridian juga langsung menawarkan peluang kerjasama kemitraan. Tahun ini Startup Laundry sudah memiliki enam gerai yang tersebar di beberapa daerah di Yogyakarta. "Satu gerai milik pusat, dan sisanya milik mitra usaha," kata Ridian.

Tarif jasa cuci di Startup Laundry berkisar Rp 5.000 hingga Rp 6.000 per kilogram (kg). Ridian mengklaim, Startup Laundry menggunakan produk kimia buatan sendiri sehingga lebih aman dan sudah melalui uji kelayakan.

Sedangkan untuk pengharum pakaian, Startup Laundry memiliki sekitar 20 jenis aroma pengharum, di antaranya aroma jeruk dan lavender. "Pengharumnya juga asli racikan sendiri," klaimnya.

Tertarik menjadi mitra usaha Startup Laundry? Ridian menawarkan dua paket investasi. Yang pertama seharga Rp 25 juta. Pada  paket ini, mitra akan mendapatkan bahan baku bahan kimia untuk mencuci serta mesin cuci, alat pengering pakaian, dan pelatihan usaha.

Adapun paket kedua seharga Rp 50 juta. Paket ini juga menyediakan fasilitas yang sama dengan yang pertama. Namun bedanya, pada paket ini mitra akan mendapat alat pengering pakaian dalam jumlah lebih banyak.

Laba bersih bisa 45 persen

Besaran paket investasi yang ditentukan tersebut sudah termasuk biaya kerjasama selama lima tahun. Dia bilang, jika kerjasama sudah berakhir, maka biaya kerjasama akan dikenakan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan nantinya.

Ia tidak mengutip biaya royalti kepada mitra. Namun, karena produk kimia dan pengharum pakaian dibuat sendiri, maka mitra wajib membeli bahan baku dari pusat. "Ini untuk menjaga kualitas cucian," ucap Ridian.

Dari beberapa mitra yang sudah bergabung, kata Ridian, kebanyakan gerai Startup Laundry berdekatan dengan kampus. Sejauh pengamatan dia, konsumen binatu miliknya ini umumnya memang berasal dari kalangan mahasiswa di kawasan kampus.

Kapasitas cuci Startup Laundry bisa mencapai 60 kg–70 kg per hari. Dengan jumlah itu, proyeksi Ridian, mitra bisa meraup omzet berkisar Rp 10,80 juta−Rp 12,60 juta per bulan.

Setelah dikurangi biaya pembelian bahan baku, sewa tempat, gaji pegawai, dan biaya operasional lainnya, mitra masih bisa meraih laba bersih sampai 45 persen dari omzet per bulan. Jika target laba bersih tercapai, balik modal mitra sekitar sembilan bulan.

Khoerussalim Ikhsan, konsultan waralaba, menilai bisnis binatu masih menjanjikan. Kini masyarakat di kota-kota kecil juga membutuhkan jasa ini. Namun, agar omzet usaha bisa maksimal, promosi yang gencar perlu dilakukan. (Pratama Guitarra)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com