Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gara-gara AC, Beban Puncak Listrik Jawa Bali Capai Rekor Tertinggi

Kompas.com - 28/04/2014, 09:55 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Beban puncak listrik di sistem kelistrikan Jawa Madura Bali (Jamali) mencapai rekor tertinggi sebesar 22.974 megawatt (MW). Beban tertinggi itu terjadi pada hari Kamis 24 April 2014 pukul 18.00 WIB. Sebelumnya, beban tertinggi yang pernah dicapai adalah 22.567 MW pada 17 Oktober 2013 pukul 19.00 WIB.

"Dibanding beban tertinggi pada Oktober tahun lalu tersebut, beban puncak tertinggi pada minggu ini naik 407 MW atau 1,8 persen," ujar Manajer Senior Komunikasi Korporat PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Bambang Dwiyanto, Minggu (27/4/2014).

Kenaikan beban listrik tersebut diprediksi di antaranya karena faktor cuaca. Selama beberapa hari terakhir, memang kondisi sangat panas. Alhasil, kondisi ini memicu orang untuk menyalakan pendingin udara (AC) lebih lama. "Dalam rumah tangga, AC memang mengonsumsi listrik paling besar," ungkap Bambang.

PLN mengimbau pelanggan menghemat penggunaan listrik, khususnya untuk pemakaian yang sifatnya konsumtif. Hal ini bisa dilakukan di antaranya dengan mematikan alat elektronik yang tidak diperlukan, seperti lampu yang tidak digunakan, televisi yang tidak ditonton, radio yang sedang tidak didengarkan, dan lain-lain.

"Menghemat pemakaian listrik bisa dilakukan tanpa mengurangi kenyamanan kita. Dengan demikian, pertumbuhan pemakaian listrik bisa ditekan dan kita juga bisa mengurangi rekening listrik bulanan secara signifikan," papar Bambang. (Adiatmaputra Fajar Pratama)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Whats New
Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com