Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sumber Listrik untuk Hilirisasi Mineral Cukupkah?

Kompas.com - 30/04/2014, 13:38 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah melalui Undang-undang No.4 tahun 2009 telah mengamanatkan peningkatan nilai tambah mineral. Pasal 170 beleid tersebut menyebutkan, kontrak karya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 169 yang sudah berproduksi wajib melakukan pemurnian, selambat-lambatnya lima tahun.

Direktur Pembinaan Pengusahaan Mineral, Ditjen Minerba, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Dede Ida Suhendra, menuturkan, saat ini sudah ada 66 perusahaan yang berencana membangun fasilitas dan pemurnian, dengan realisasi investasi mencapai 6 miliar dollar AS dari komitmen sebesar 17,4 miliar dollar AS. Mereka terdiri dari perusahaan nikel, bauksit, besi, mangan, zirkon, timbal dan seng, serta kaolin dan zeolit.

"Ada 66 perusahaan mineral yang cukup serius membangun smelter," kata dia dalam sebuah diskusi, di Jakarta, Rabu (30/4/2014).

Masalahnya, hilirisasi mineral ini membutuhkan sumber energi listrik yang tak sedikit. Dede mencontohkan, sebaran kebutuhan untuk energi bauksit cukup besar. Kebutuhan energi untuk Izin Usaha Pertambangan yang clean and clean (IUP CnC) bauksit di Kepulauan Riau sebesar 406 megawatt (MW). Sementara, kebutuhan energi untuk IUP bauksit di Kalimantan Barat sebanyak 420MW.

Energi yang dibutuhkan untuk IUP besi pun tak kalah banyak. Dede memaparkan, di Aceh dibutuhkan listrik 32,16MW, Riau butuh 2,55MW, Sumatera Barat 1,68MW, Kalimantan Tengah 245,72 MW, Kalimantan Selatan 424,26MW, dan Sulawesi Tengah 7,94MW.

"IUP besi di Jawa Barat butuh energi listrik sebanyak 21,13MW, Jawa Tengah butuh 39,44MW, dan Jawa Timur butuh 2,31MW," lanjut Dede.

Lebih lanjut dia mengatakan, IUP mangaan, di NTT membutuhkan energi listrik sebesar 0,857MW. Dede juga menjelaskan, IUP nikel di Kalimantan Timur butuh energi listrik sebanyak 47,6MW, Maluku Utara sebanyak 4.246,3MW, Papua 159,58MW, Sulawesi Tenggara butuh 4.744,2MW, dan IUP nikel di Sulawesi Tengah butuh 1.908,2MW.

Direktur Utama PT Antam (Persero) Tbk. Tato Miraza mengatakan, dari kacamata pengusaha dia melihat Indonesia belum mampu mensinergikan antara potensi mineral, dengan potensi sumber energi, serta kebutuhan industri hilir mineral tambang.

Padahal, kata dia, Indonesia sangat kaya dengan sumber energi, namun belum bisa dimanfaatkan seluruhnya. Hal ini menyebabkan, mau tak mau, pengusaha juga harus mulai berfikir untuk mencukupi kebutuhan energi listriknya sendiri.

Dia mencontohkan, perseroan telah memiliki tiga pabrik pengolahan mineral dan membuat pembangkit listrik sendiri dengan kapasitas 150MW.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com