Menurut Gubernur BI Agus DW Martowardojo, upaya ini dilakukan guna mengantisipasi berbagai risiko di sektor keuangan, terutama kredit dan likuiditas.
"Perlambatan kredit cukup konsisten dan sesuai dengan kondisi perekonomian yang melambat sehingga potensi risiko keuangan masih perlu diwaspadai terutama kredit dan likuiditas," kata Agus di Kantor Pusat BI, Senin (19/5/2014).
Agus mengungkapkan tekanan industri perbankan dipandang masih terkendali. Pun kinerja perbankan nasional juga menunjukkan kinerja positif. Hal ini tercermin dari rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) industri perbankan yang berada di angka 18,36 persen.
"Dari likuiditas, pertumbuhan kredit yang lebih tinggi menyebabkan meningkatnya risiko likuiditas yang berimbas pada persaingan antar bank untuk menaikkan DPK (dana pihak ketiga) sehingga berdampak naiknya risiko suku bunga," ujar Agus.
Dia mengungkapkan, perlu dilakukan upaya guna mengantisipasi risiko seperti penguatan struktur permodalan bank, pengaturan kredit, penguatan infrastruktur dan pengawasan sistem pembayaran, koordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), akses usaha UMKM, dan penguatan likuiditas pasar melalui pendalaman pasar.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Makroprudensial BI Darsono mengungkapkan bank sentral belum menemukan potensi risiko pada tahun 2014 ini. Namun demikian, BI senantiasa mencermati risiko yang telah diidentifikasi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.