Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Krisis Thailand, RI Siap Menerima Limpahan Investasi

Kompas.com - 26/05/2014, 15:12 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Situasi krisis politik di Thailand dinilai sangat merugikan negara tersebut. Indonesia harus siap dan tanggap menerima limpahan potensi masuknya investasi sebagai dampak krisis di Thailand.

”Pasti situasi di Thailand saat ini sangat merugikan negara tersebut. Yang jelas langsung berdampak adalah anjlok drastisnya pariwisata di sana,” kata Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia Suryo Bambang Sulisto ketika dihubungi melalui telepon, Minggu (25/5).

Negara yang kini dikuasai militer itu bahkan sudah memberlakukan jam malam. Menurut Suryo, pemberlakuan jam malam akan langsung terasa dampaknya, yakni menurunkan kinerja industri. Kegiatan industri yang biasanya dilakukan dengan pola tiga giliran atau shift kerja dipastikan terganggu apabila jam malam diberlakukan.

”Indonesia harus siap dan tanggap menerima limpahan dari krisis di Thailand itu. Kita harus meningkatkan upaya untuk menjadikan negara ini tujuan investasi yang menarik,” ujar Suryo.

Upaya ini dapat dilakukan dengan membenahi persoalan di sisi infrastruktur, birokrasi, dan kepastian hukum. Hal penting lain adalah kebijakan-kebijakan insentif fiskal atau moneter yang menarik bagi calon investor.

Sementara itu, Ketua Umum Himpunan Kawasan Industri Indonesia Sanny Iskandar mengatakan, sebenarnya situasi politik dan keamanan yang tidak menentu dan berkepanjangan di Thailand telah berdampak terhadap investasi di Indonesia sejak 3-4 tahun yang lalu. Kondisi itu terus berlanjut hingga sekarang.

”Dampak ini khususnya pada perusahaan industri manufaktur Jepang, seperti industri otomotif, yang mengalihkan kegiatan industrinya dari Thailand dan meningkatkan volume produksinya di Indonesia,” kata Sanny.

Sebelumnya diberitakan, sekitar 500 investor Jepang tertarik mengalihkan usahanya ke Indonesia. Investor menganggap Indonesia memiliki nilai lebih dalam hal stabilitas politik
dan biaya produksi (Kompas, 13/5).

Sejumlah investor Jepang di Thailand dan Tiongkok juga bersiap pindah ke Indonesia. Investor Jepang yang ingin merelokasi usahanya ke Indonesia umumnya bergerak dalam sektor komponen otomotif, mesin, komponen industri, pertanian, dan perdagangan.

Lahan Industri

Menurut Sanny, kondisi ini juga memengaruhi peningkatan tajam permintaan lahan industri di Indonesia, yang pada tahun 2011 mencapai sekitar 1.200 hektar.

Sebagai perbandingan, berdasarkan data Collier International Indonesia, penjualan kawasan industri di Indonesia pada tahun 2010 tidak sampai 600 hektar.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri (DJ PPI) Kementerian Perindustrian, pada tahun 2011, penjualan lahan kawasan industri di Indonesia tercatat 1.247,84 hektar.

Saat itu, total investasi penanaman modal asing (PMA) ataupun penanaman modal dalam negeri (PMDN) sektor industri di Indonesia Rp 99,64 triliun. Mengacu data olahan DJ PPI, realisasi investasi sektor industri pada tahun 2013 sebesar Rp 177,9 triliun.

Sementara itu, investasi PMDN sektor industri di Indonesia pada triwulan I-2014 sebesar Rp 11,11 triliun. Pada periode yang sama, investasi PMA sektor industri sebesar 3,49 miliar dollar AS atau sekitar Rp 38,39 triliun.

Produktivitas

Menurut Sanny, pemerintah harus memanfaatkan momentum saat ini dengan terus mengupayakan iklim investasi yang mendukung peningkatan produktivitas kerja perusahaan-perusahaan industri.

”Peningkatan produktivitas ini diperlukan agar industri di Indonesia dapat menghasilkan produk-produk yang berkualitas baik dengan harga kompetitif,” kata Sanny.

Data Badan Pusat Statistik menunjukkan, neraca perdagangan Indonesia dengan Thailand defisit. Ekspor nonmigas Indonesia ke Thailand pada periode Januari-Maret 2014 sebesar 1,312 miliar dollar AS. Sebaliknya, impor nonmigas Indonesia dari Thailand pada Januari-Maret 2014 mencapai 2,361 miliar dollar AS. (CAS)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com