Dalam presentasinya, Mirza menyoroti soal perlunya pendalaman pasar keuangan Indonesia. Tiga agen pembangunan ekonomi, yakni rumah tangga, pemerintah, dan korporasi membutuhkan pasar keuangan yang dalam.
"Perbankan jika DPK nya sudah mentok seperti saat ini, customer deposit melambat, makka sumber dana datang dari pasar keuangan. Dengan demikian perbankan akan tumbuh," jelas Mirza.
Pada 2013, terjadi keguncangan yang melanda emerging market yang mempunyai angka makro memburuk. Pada tahun itu, kata Mirza, current account deficit Indonesia sebesar 3,2 persen dibanding PDB, di mana pada kuartal ii-2013 saja mencapai 4,4 persen dari PDB. Investor keuangan global yang membiayai pendanaan negara ini ternyata tidak ingin membiayai negara yang punya CAD besar.
Dengan demikian, lanjutnya, diperlukan disiplin fiskal dan moneter. "Akibat pasar keuangan tidak dalam, terjadi volatile," kata dia. "Di negara yang pasar valas tidak dalam, ada berita negatif, investor melakukan penjualan. Itulah kenapa volatilitas pasar valas kita sangat tinggi," ujarnya lagi.
Mirza menjelaskan, volume transaksi pasar valas domestik antar bank dan antara bank dengan nasabah di Indonesia hanya mencapai 5 miliar dollar AS per hari.
Angka tersebut jauh lebih rendah dibanding Thailand yang mencapai 13 miliar dollar AS per hari, India sebesar 31 miliar dollar AS per hari, dan bahkan Singapura yang mencapai 250 miliar dollar AS per hari.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.