Pertimbangan itu didasarkan belum adanya kejelasan pembangunan smelter apakah lebih dekat ke sumber mineralnya atau dibangun lebih dekat dengan sumber gasnya.
"Kami tentu akan menunggu bola, karena Kadin sendiri (dan Pemerintah) belum punya hitungan itu. Karena kita menunggu smelternya apakah lebih dekat ke sumber mineral atau sumber gas, itu butuh biaya yang berbeda juga," ujar Kepala Sub Bagian Komunikasi dan Protokol SKK Migas, Suldadi Rafdi di Jakarta, Rabu (11/6/2015).
Suldadi menjelaskan, saat ini pembangunan smelter memang memiliki dua opsi lebih dekat ke sumber mineral atau ke sumber gas.
Menurut dia, kedua opsi tersebut memiliki biaya yang berbeda. Jika smelter dibangun di dekat sumber mineral, maka gas yang diperlukan untuk bahan bakar smelter harus diangkut dari sumber gas ke tempat dimana smelter berada.
Sementara itu, jika smelter dibangun di dekat sumber gas, maka penyaluran gas bisa menggunakan pipa. Namun, konsekuensinya bahan tambang harus diangkut menuju smelter.
"kedua opsi itu tentu memiliki biaya yang berbeda. Kalau lebih dekat ke gas, akan mudah, tetapi kalau jauh maka gasnya harus dibawa. Kalau dekat gas, mineralnya yang harus diangkut, itu yang belum dihitung," tandasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.