Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mata Uang Negara "Fragile Five" Tumbang, Rupiah Paling Berisiko

Kompas.com - 25/06/2014, 09:55 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Setelah berupaya keras selama berbulan-bulan menghapus citra yang kadang kurang baik, negara-negara berkembang yang tergabung dalam "Fragile Five" kembali diuji.

Krisis di Irak dan dampaknya terhadap harga minyak membuat kurs mata uang 5 negara ini kembali lemah. Rupiah Indonesia, rand Afrika Selatan, rupee India, dan lira Turki adalah yang performanya paling buruk di antara 31 mata uang yang dianalisis Bloomberg selama sebulan belakangan.

Societe Generale SA dan BNP Paribas SA merekomendasikan investor melepas lira, sementara Citigroup Inc. mengidentifikasi rupee dan rupiah sebagai mata uang Asia yang paling berisiko.

"Kami khawatir dengan kondisi di Irak, yang menjadi potensi melemahnya performa aset negara berkembang. Minyak menjadi indikator risiko bagi negara-negara berkembang," kata Kepala Strategi Negara Berkembang Societe Generale Benoit Anne di London seperti disitat dari Bloomberg, Rabu (25/6/2014).

Adapun rupiah memimpin pelemahan di antara mata uang negara-negara berkembang utama dalam sebulan belakangan. Rupiah anjlok 3,2 persen dan menyentuh level terendah dalam 4 bulan terakhir menjadi Rp 12.027 per dollar AS. Beban biaya subsidi bahan bakar minyak (BBM) dan harga minyak yang melonjak memperburuk kinerja anggaran dan defisit transaksi berjalan.

Malaysia menjadi satu-satunya net eksportir minyak mentah di Asia Tenggara, sehingga performa mata uang ringgit dapat terbantu.

Morgan Stanley merujuk istilah Fragile Five pada Agustus 2013 silam kepada mata uang 5 negara berkembang, yakni Indonesia, India, Turki, Brasil, dan Afrika Selatan. Mata uang kelima negara tersebut dinilai rentan karena ketergantungan terhadap investasi asing untuk membiayai defisit transaksi berjalan.

Karena melemahnya kinerja ekspor dan impor minyak yang tinggi, lonjakan harga minyak mentah Brent menyentuh posisi tertinggi dalam 9 bulan berdampak besar pada negara-negara ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com