Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sempat Jualan Pulsa, Kini Yuzar Juragan Sepatu Hujan Beromzet Ratusan Juta

Kompas.com - 28/06/2014, 09:23 WIB

KOMPAS.com - Lantaran ingin menjajal dunia usaha, Yuzar Mohammad Riza pun menjadi seorang wirausahawan sukses. Berawal dari menjual pulsa telepon, kini Yuzar menjadi produsen sepatu hujan.

Fenomena orang terjun menjadi pengusaha yang merebak beberapa tahun belakangan ini mengusik pikiran Yuzar. Timbul dorongan kuat dalam diri pria berusia 35 tahun ini untuk memiliki usaha sendiri. Meski sudah memiliki pekerjaan tetap, tanpa pikir panjang, pada 2005, dia memulai langkahnya dengan menjual pulsa. “Saat itu bisnis pulsa menguntungkan, pemain belum banyak,” kata dia.

Ayah dua anak ini pun mengawali penjualan pulsa ke beberapa teman kantornya. “Awalnya, ya, ada perasaan malu, tapi setelah terkumpul keuntungan hingga Rp 5.000, rasanya senang sekali,” kenang Yuzar. Dari keuntungan itu, dia membuka gerai sendiri di rumahnya.

Seperti ketagihan, Yuzar terus mencari aneka peluang usaha baru. Sampai pada akhirnya, dia menemukan inspirasi untuk membuat sepatu hujan. “Ide ini berangkat dari pengalaman sehari-hari. Saat pulang kerja dan hujan turun, saya harus repot membungkus sepatu supaya tidak kehujanan,” terang dia. Selain itu, dia juga melihat celah bisnis yang masih terbuka lebar karena belum banyak pemain yang berkecimpung di bidang tersebut.

Kebetulan juga, dia mengincar usaha sebagai produsen, bukan cuma jadi penjual saja. Maka, mulailah, alumnus Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Teknik Komputer, Surabaya, ini melakukan beberapa riset soal produk sepatu hujan. Mulai dari bahan yang pas untuk digunakan hingga model yang cocok untuk produk itu.

Pada 2009, dia merogoh Rp 2 juta dari kantongnya sebagai modal. Tak membuat sendiri, Yuzar pun terlebih dulu memesan sepatu hujan dari perajin di sepatu di Sidoarjo. “Saya memesan 100 pasang untuk menguji pasar,” kata dia.

Tak disangka, sepatu hujan yang dijual secara online itu habis dalam waktu dua minggu. Respons pasar yang baik ini tentu saja mendongkrak semangat Yuzar. Karena banyak konsumen yang masih mencari sepatu hujan, dia langsung memesan 500 pasang sepatu hujan.

Ada musimnya

Setahun pertama, Yuzar memang hanya menawarkan produknya melalui jalur online. Namun, bukan berarti dia tak menjajal gerai fisik. Dengan sistem konsinyasi, dia menawarkan produknya di sejumlah toko. Sayang, dari 20 toko yang ia sambangi, hanya ada tiga toko yang mau menerima sepatu hujan. “Mereka tidak mau, karena waktu itu belum banyak yang mencari,” kata Yuzar.

Namun, respons para pemilik toko tidak menggoyahkan semangatnya. Dia malah meningkatkan produksi sepatu hujan. Hingga, kemudian, dia menyadari bahwa produk ini bersifat musiman. “Ternyata, produk ini ada masanya. Saat datang musim kemarau 2010, 2.000 pasang sepatu yang sudah saya pesan tak terjual,” tutur dia.

Untung saja, kondisi ini tak sampai mencetak kerugian. Segera, setelah musim kemarau berlalu, penjualan sepatu hujan kembali melambung.

Selain itu Yuzar pun mendapat pelajaran baru. Ternyata musim hujan di Indonesia berputar. “Memang di Surabaya kemarau, tapi justru di Padang masih berlangsung musim hujan,” kata dia. Ribuan pasang order sepatu hujan pun berdatangan dari sana.

Hanya dalam waktu dua tahun, penjualan sepatu hujan dengan merek Cosh ini telah menembus berbagai kota di Indonesia. Yuzar pun seperti menemukan pola penjualan sepatu hujannya. Bahkan, order rutin datang dari beberapa kota yang sering turun hujan, seperti Bogor dan Pontianak.

Namun, meski penjualannya terus melesat, Yuzar tidak merasakan keuntungan yang berarti dari usahanya. Belakangan, ia baru menyadari ada berbagai biaya yang belum dimasukkan ke dalam perhitungan. “Jadi, ada pengeluaran tidak terduga, yang kendati nilainya kecil namun tetap memangkas keuntungan kami,” terang dia.

Dari situ, Yuzar baru menyadari bahwa ia masih kurang fokus dalam mengelola usahanya. Maklum, selama menjalankan usaha sendiri, suami dari Rita Musfita Sari ini belum meninggalkan pekerjaan rutinnya.

Halaman:
Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com