Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pilpres Berlangsung Ketat, Investor Asing Ketar-ketir

Kompas.com - 09/07/2014, 13:24 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketatnya persaingan antara dua kandidat dalam ajang pemilihan presiden yang berlangsung hari ini memicu kecemasan investor asing. Mereka khawatir, jika pemenang pilpres 2014 tidak pro-pasar, akan terjadi aksi penjualan aset Indonesia secara masif.

Namun, sejumlah analis menilai, siapapun yang keluar sebagai pemenang, dia harus mengeluarkan kebijakan yang sama untuk menarik investasi asing.

"Seluruh retorika selama kampanye politik akan dikesampingkan saat salah satu kandidat terpilih menjadi presiden," jelas Fauzi Ichsan, senior economist Standard Chartered kepada CNBC.

Dia menambahkan, perekonomian Indonesia saat ini menghadapi defisit neraca perdagangan dan defisit fiskal. Sehingga, "Siapapun presidennya, dia membutuhkan investasi asing, apakah melalui investasi asing langsung atau investasi portofolio," paparnya.

Selain itu, presiden terpilih juga harus menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) pada kuartal pertama 2015.

Kontes pilpres terketat di Indonesia

Seperti yang diketahui, kontes pilpres kali ini menjadi kontes pilpres terberat antara Prabowo dan Jokowi. Meski demikian, siapapun yang memenangkan pertarungan ini, harus menjawab pertanyaan bagaimana memangkas subsidi BBM pemerintah.

Pemerintah menganggarkan dana sekitar Rp 285 triliun atau 25 miliar dollar AS untuk subsidi BBM pada tahun ini. Nilai itu mengambil jatah 15 persen dari total anggaran belanja negara. Pada tahun 2013, beban subsidi BBM mencapai Rp 240 triliun.

"Bagi kedua kandidat, mandat pilpres sama dengan bagaimana mendongkrak kembali perekonomian," ungkap Medha Samant, investment director Fidelity Worldwide kepada CNBC. Menurut Samant, hal terpenting yang dibutuhkan Indonesia saat ini adalah menarik lebih banyak modal.

Analis asing memprediksi, jika Jokowi kalah, akan terjadi aksi jual besar-besaran. Sepanjang tahun ini, arus dana asing yang masuk ke pasar saham Indonesia mencapai 10 miliar dollar AS. Sebagian besar dipicu oleh ekspektasi kemenangan Jokowi.

Namun, sejak Mei di mana hasil sejumlah poling menunjukkan jumlah dukungan untuk Jokowi menurun, terjadi aksi jual di pasar saham. Catatan CNBC menunjukkan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpangka sekitar 3 persen dari level tertingginya pada pertengahan Mei lalu hingga awal Juli. Sementara, rupiah melemah 5,6 persen terhadap dollar AS.

Andrew Freris, CEO Ecognosis Advisory memiliki pendapat senada. "Saya memprediksi pelepasan aset yang substansial jika Jokowi tidak menang," imbuhnya.

Namun, dia tidak mencemaskan hal itu karena pasar saham Indonesia sudah pernah mengalami penurunan sebesar 16 persen pada paruh kedua 2013 karena isu tapering the Fed dan berhasil pulih. "Pasar tidak terlalu peduli mengenai politik selama fundamental suatu negara baik-baik saja," jelas Freris. (Barratut Taqiyyah)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Whats New
Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Whats New
BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

Whats New
KAI Services Buka Lowongan Kerja hingga 25 Mei 2024, Simak Kualifikasinya

KAI Services Buka Lowongan Kerja hingga 25 Mei 2024, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Anggaran Pendidikan di APBN Pertama Prabowo Capai Rp 741,7 Triliun, Ada Program Perbaikan Gizi Anak Sekolah

Anggaran Pendidikan di APBN Pertama Prabowo Capai Rp 741,7 Triliun, Ada Program Perbaikan Gizi Anak Sekolah

Whats New
Bantah Menkeu soal Penumpukan Kontainer, Kemenperin: Sejak Ada 'Pertek' Tak Ada Keluhan yang Masuk

Bantah Menkeu soal Penumpukan Kontainer, Kemenperin: Sejak Ada "Pertek" Tak Ada Keluhan yang Masuk

Whats New
Tidak Ada 'Black Box', KNKT Investigasi Badan Pesawat yang Jatuh di BSD

Tidak Ada "Black Box", KNKT Investigasi Badan Pesawat yang Jatuh di BSD

Whats New
Investasi Rp 10 Miliar, Emiten Perhotelan KDTN Siap Ekspansi Bisnis Hotel Rest Area

Investasi Rp 10 Miliar, Emiten Perhotelan KDTN Siap Ekspansi Bisnis Hotel Rest Area

Whats New
Gandeng Binawan, RSUP dr Kariadi Tingkatkan Keterampilan Kerja Tenaga Kesehatan

Gandeng Binawan, RSUP dr Kariadi Tingkatkan Keterampilan Kerja Tenaga Kesehatan

Whats New
Stok Beras Pemerintah Capai 1,85 Juta Ton

Stok Beras Pemerintah Capai 1,85 Juta Ton

Whats New
Luncurkan Starlink di Indonesia, Elon Musk Sebut Ada Kemungkinan Investasi Lainnya

Luncurkan Starlink di Indonesia, Elon Musk Sebut Ada Kemungkinan Investasi Lainnya

Whats New
Lahan Kering di RI Besar, Berpotensi Jadi Hutan Tanaman Energi Penghasil Biomassa

Lahan Kering di RI Besar, Berpotensi Jadi Hutan Tanaman Energi Penghasil Biomassa

Whats New
Riset IOH dan Twimbit Soroti Potensi Pertumbuhan Ekonomi RI Lewat Teknologi AI

Riset IOH dan Twimbit Soroti Potensi Pertumbuhan Ekonomi RI Lewat Teknologi AI

Whats New
Cara Cek Penerima Bansos 2024 di DTKS Kemensos

Cara Cek Penerima Bansos 2024 di DTKS Kemensos

Whats New
IHSG Melemah 50,5 Poin, Rupiah Turun ke Level Rp 15.978

IHSG Melemah 50,5 Poin, Rupiah Turun ke Level Rp 15.978

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com