"Kita mesti mewaspadai suasana lebaran, lalu adanya kenaikan listrik, dan anak-anak masuk sekolah. Ini akan mendorong inflasi," kata Agus di kediamannya di Jakarta, Rabu (9/7/2014).
Meskipun demikian, Agus mengaku bank sentral berharap inflasi tahunan 2014 tetap dapat terjaga di target yang telah dipasang BI, yakni 4,5 plus minus 1 persen. Ia pun menyambut baik inflasi bulan Juni yang cenderung rendah.
"Kita harapkan year on year 4,5 plus minus 1 persen. Kita juga ada risiko bisa karena nilai tukarnya, bisa karena kenaikan harga akibat suasana Lebaran dimana misalnya angkutan udara biasanya surcharge-nya membuat harganya naik," jelas Agus.
Di samping itu, lanjut dia, yang perlu diwaspadai adalah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang bisa saja memicu kenaikan inflasi pada tahun ini. Sebab, dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P), kuota untuk subsidi BBM akan dipangkas.
"BBM itu direncanakan akan dikurangi dari 48 juta ke 46 juta kilo liter. Kalau itu berhasil hanya mampu menghemat 11 triliun. Kalau tidak berhasil di APBN-P minta kenaikan volume BBM bersubsidi ditutup, yang biasanya kita pada bulan Oktober kita bisa melewati pemerintah minta tambahan kuota, itu tidak bisa lagi," papar Agus.
Bila kuota tersebut tak memenuhi, akibatnya pemerintah harus mengurangi subsidi dalam bentuk menaikkan harga BBM. Kebijakan ini nantinya dapat berdampak pada inflasi.
"Jadi kita terus mewaspadai itu, dan mendukung pemerintah bisa mengelola kuota subsidi jangan terlampaui, dengan cara menghemat, menjaga penyelendupan, menggunakan energi alternatif, dan mulai meyakini adanya energi baru dan terbarukan," jelas Agus.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.