Misalnya saja, dia mencontohkan, potensi flavour cukup beragam seperti asam jawa, cengkeh dan vanilla. Sayangnya, potensi tersebut belum dieksplorasi oleh industri pangan Indonesia.
"Sebagai kritik, industri pangan kita terlalu mudah untuk tertarik mengembangkan produk pangan tradisional negara lain daripada produk pangan tradisional lokal Indonesia," jelasnya dalam media briefeing Food Ingredients Asia 2014, di Jakarta, Selasa (14/7/2014).
Istilah ingredients digunakan untuk menyebut bahan-bahan yang digunakan untuk memproduksi makanan. Meski ada padanan katanya dalam bahasa Indonesia, yakni bahan, namun dari segi ilmiah definisi food ingredient mengacu pada tiga hal, yakni bahan baku, bahan penolong, dan bahan tambahan. Sehingga, istilah ingredients dirasa lebih tepat digunakan.
Dia menambahkan, produk tradisional erat kaitannya dengan budaya lokal setempat. Tak heran, produk tersebut sering menyandang nama daerah seperti Cepiring Magelang, Wajik Salaman, Dodol Garut, Jenang Kudus, dan sebagainya. "Ini adalah potensi luar biasa. Perlu dieksplorasi dan dilindungi," ujarnya.
Tidak jarang, produk tradisional ini mempunyai karaktetistik unggul yang bisa saja dikembangkan dan diindustrikan oleh negara lain. Contoh jelasnya, sebut Purwiyatno, adalah untuk produk dadih, yang sudah dikembangkan di Jepang dengan nama dadih pula.
Di Indonesia, menurutnya industrialisasi ingredients pangan sangat tertinggal. Di sisi lain, Indonesia masih banyak impor ingredien dari negara luar. "Seperti asam organic, flavour, dan terutama ingredients yang rumit," tukasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.