Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasca-pesawat #MH17 Jatuh, Bagaimana Nasib Bisnis Malaysia Airlines?

Kompas.com - 18/07/2014, 13:21 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis


NEW YORK, KOMPAS.com — Tahun ini merupakan tahun tragis bagi Malaysia Airlines (MAS). Kemarin, pesawat bernomor penerbangan MH17 jatuh di Ukraina, 4 bulan setelah pesawat bernomor penerbangan MH370 hilang.

Otoritas Ukraina menyatakan masih belum yakin dengan penyebab jatuhnya MH17. Namun, besar kemungkinan pesawat yang terbang dari Amsterdam menuju Kuala Lumpur itu ditembak misil pasukan pemberontak pro-Rusia.

Adapun MH370 diyakini pihak Malaysia Airlines jatuh di Samudra Hindia dan menewaskan 239 penumpang serta kru. Malaysia Airlines kini menghadapi proses hukum dan jutaan dollar AS pembayaran untuk keluarga korban.

Analis mengatakan, masa depan Malaysia Airlines berada di ujung tanduk. Untuk itu, kemungkinan, Pemerintah Malaysia harus melakukan penyelamatan terhadap perusahaan dari bencana finansial.

Malaysia Airlines menghadapi persaingan sengit dalam beberapa tahun terakhir dengan beberapa maskapai penerbangan regional, termasuk maskapai penerbangan murah AirAsia yang mampu menawarkan tiket dengan harga lebih murah.

Maskapai penerbangan tersebut mencoba menggenjot pendapatan dengan menjual lebih banyak tiket dibandingkan menaikkan harga, selain juga menjaga biaya operasional tetap terkendali. Malaysia Airlines juga membatalkan beberapa rute penerbangan panjang.

Akan tetapi, strategi tersebut tidak berjalan mulus. Iklim bisnis yang ada memaksa maskapai tersebut berada pada zona merah selama 3 tahun berturut-turut, yang berujung pada kerugian hingga 4,2 miliar ringgit atau 1,3 miliar dollar AS.

Pemerintah Malaysia pernah membantu maskapai penerbangan ini sebelumnya, walaupun dampak bantuan ini tampaknya hanya temporer. Walau demikian, analis menyatakan, jika pemerintah kembali membantu Malaysia Airlines, maka kemungkinan maskapai ini untuk gulung tikar pun menjadi kecil.

"Bantuan itu membantu (Malaysia Airlines) dari utang dan berdampak pada keuntungan, sebelum ada ketidakcocokan manajemen dan tindakan serikat pekerja," kata Kepala Analis Riset Transportasi Asia Pasifik Credit Suisse Timothy Ross.

Baca juga: #MH17 Jatuh, Saham Malaysia Airlines Rontok

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com