Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tragedi Malaysia Airlines #MH17, Semoga Ini yang Terakhir

Kompas.com - 20/07/2014, 08:46 WIB
Yoga Sukmana

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
– Jatuhnya pesawat MH17 akibat ditembak rudal di zona perang Ukraina dan menewaskan seluruh penumpang di dalamnya yang berjumlah 298 orang mengagetkan dunia. Media-media internasional pun serentak memberitakan kabar duka yang pasti tak akan pernah diinginkan terjadi tersebut.

Selain karena pesawat yang ditembak jatuh tersebut adalah pesawat sipil, dunia juga terkaget karena ternyata pesawat tersebut adalah pesawat Malaysia Airline. Pasalnya belum lama ini dunia juga dikagetkan dengan hilangnya pesawat Malaysia Airline MH370 beserta penumpangnya yang belum ditemukan sampai saat ini.

Namun, seperti dilansir kantor berita The Associated Press, tragedi pesawat penumpang sipil yang ditembak jatuh bukan kali ini terjadi. Ada beberapa tragedi serupa terjadi sebelum jatuhnya pesawat Boeing 777 milik Malaysia Airlines di Ukraina tersebut.

The Associated Press melansir sejak tahun 1973 sampai saat ini sudah terjadi sembilan kali tragedi penembakan pesawat sipil yang dilakukan oleh militer. Tragedi pertama tersebut terjadi 21 Februari 1973, Pesawat Libyan Airlines nomor penerbangan 114 dari Tripoli menuju Kairo ditembak jatuh oleh militer Israel karena pesawat tersebut keluar dari jalurnya, menyeberangi terusan Suez di atas gurun Sinai yang ketika itu dikuasai Israel sehingga menewaskan 108 orang dan lima orang bisa selamat.

Setelah tragedi pertama tersebut, peristiwa serupa terus terjadi. Pesawat penumpang Korea Selatan yang mengankut 110 orang diserang oleh pesawat tempur jenis MiG milik Uni Soviet pada 20 April 1978. dan terpaksa mendarat darurat di atas danau beku di dekat Murmansk, Soviet, menewaskan dua penumpang. 

Pada 1 September 1983, Jet tempur Uni Soviet menembak pesawat Korean Air Lines yang sedang terbang dari New York ke Seoul. Peristiwa itu mengakibatkan 269 orang tewas.

Lalu pada 10 April 1988 Gerilyawan Afghanistan menembak jatuh pesawat penumpang buatan Uni Soviet dan menewaskan 29 orang di dalamnya. Diakhir tahun 1980-an, dunia kembali digegerkan penembakan yang dilakukan oleh kapal perang Amerika Vincennes terhadap pesawat Iran karena dikira pesawat tempur. Peristiwa itu menewaskan 290 orang penumpang didalamnya.

Memasuki dekade 90-an, terjadi dua penembakan pesawat sipil oleh militer. Tragedi tersebut terjadi pada 22 September 1993, dimana pemberontak Abkhazian di Georgia menembak sebuah pesawat penumpang dan menewaskan 80 orang. Kedua, pesawat penumpang Congo Airlines ditembak jatuh oleh pemberontak di wilayah timur Kongo pada 20 October 1998.

Di Dekade milenium, dimana sistem radar militer semakin canggih dan mampu membedakan pesawat militer atau pun sipil, ternyata pernah terjadi sebelum tragedi penembakan pesawat MH17 milik Malaysia Airline.

Tragedi memilukan tersebut terjadi pada 4 Oktober 2001 saat sebuah rudal darat-ke-udara mlik militer Ukraina di Crimea saat latihan militer melenceng arahnya, dan kemudian menghantam pesawat Air Siberia yang terbang dari Tel Aviv menuju Novosibirsk. Tragedi tersebut menewaskan seluruh penumpang yang berjumlah 78 orang.

Rentetan tragedi penembakan pesawat sipil tersebut ditutup oleh tragedi MH17 pada 17 Juli 2014 lalu. Tragedi yang menimpa airline kebanggaan negeri jiran– yang didalamnya juga terdapat warga negera Indonesia tersebut, tentu menjadi duka dunia dan tentu diharapkan menjadi tragedi yang terakhir dalam dunia penerbangan dimanapun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com