Direktur Jenderal Mineral dan Batubara (Dirjen Minerba), Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) R Sukhyar, menyebutkan, mereka adalah timah dan nikel. "Kita punya dua logam yang menentukan pasar dunia, kita enggak pernah kita sadar," katanya dalam diskusi Kadin, Selasa (22/7/2014).
Sukhyar menjelaskan, seandainya Bangka Belitung menutup tambang timahnya, maka industri didunia akan kelimpungan. "Timah kalau Bangka Belitung enggak memproduksi, maka berdampak pada industri," ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Perdagangan yang lalu, yakni Gita Wirjawan, telah meluncurkan bursa timah, di Bursa Komoditas dan Derivatif Indonesia (BKDI). Terbukti, hal tersebut menempatkan Indonesia sebagai salah satu price maker timah.
Sukhyar menambahkan, paska-pelarangan ekspor ore, pada 12 Januari 2014 lalu, harga nikel dunia naik. Pelarangan ekspor ore ini merupakan konsekuensi dari berlakunya Undang-undang No 4 tahun 2009 tentang Mineral Tambang dan Batubara.
"Awal tahun harga nikel 13.000 dollar AS per ton, naik sampai 21.000 dollar AS per ton. Makanya sekarang indusri yang punya nikel kipas-kipas dia," jelas Sukhyar.
Dia mengatakan banyak pihak yang menyesalkan hal tersebut. Namun, ia menegaskan, implementasi UU Minerba bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah. "Banyak orang mengatakan, yang menikmati orang lain itu kesalahan kita," imbuhnya.
Saat ini sudah ada 30 smelter nikel yang dibangun. Sementara itu ada pula smelter Bauksit. "Yang juga menggembirakan, pasir besi banyak sekarang," tuturnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.