"Sementara kebijakan BCA lebih fokus pada bagaimana menghadapi MEA adalah memperkuat posisi BCA di dalam negeri. Kita lebih memilih startegi posisi di dalam negeri seperti ekspansi cabang-cabng, rekrutmen, dan persiapan SDM," kata Jahja di Jakarta, Rabu (23/7/2014).
Selain mempersiapkan SDM, ujar Jahja, perseroan juga fokus dalam persiapan dari sisi infrastruktur, seperti e-banking, internet banking. Sehingga, posisi BCA di dalam negeri benar-benar kuat saat MEA diberlakukan nanti.
Kebijakan BCA tersebut diakui Jahja dipilih setelah berkaca pada perbankan lain di negara-negara tetangga, seperti Malaysia, Singapura, dan sebagainya. Bank-bank negara tersebut cenderung memperbesar bisnisnya di luar negeri dengan cara mengakusisi bank lokal. Apalagi, perbankan di Indonesia cukup terbuka.
"Konsep membesarkan bisnis di negeri orang bukan dengan membuka cabang, kecuali world class bank seperti Citibank dan Standard Chartered. Tapi bukan bank ASEAN. Bank-bank Malaysia dan Singapura lebih ke akusisi bank lokal," ujar Jahja.
Adapun faktor lain yang mempengaruhi BCA enggan melakukan ekspansi ke luar negeri adalah lantaran mahalnya pembiayaan properti yang dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan. Kondisi tersebut terjadi di semua negara.
"Kalau itu nanti bisa mempengaruhi profitability juga. Jadi daripada kita jadi macan ompong di negeri orang lebih baik kita perkuat pasar dalam negeri," jelas Jahja.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.