Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

IMF Kembali Pangkas Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Global

Kompas.com - 25/07/2014, 10:01 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis


WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2014. Revisi ini menyusul perlambatan ekonomi di Tiongkok dan AS serta konflik militer yang dapat berdampak pada harga minyak.

IMF memprediksi pertumbuhan ekonomi dunia pada posisi 3,4 persen pada tahun 2014. Proyeksi ini lebih rendah dibandingkan 3,6 persen pada prediksi April lalu dan lebih tinggi dibandingkan 3,2 persen pada prediksi tahun lalu. IMF pun memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2015 mencapai 4 persen, lebih tinggi dibandingkan 3,9 persen pada perkiraan April lalu.

"Pertumbuhan ekonomi dunia dapat melambat pada waktu yang lebih panjang, karena kurangnya momentum yang optimal di negara maju walaupun tingkat suku bunga tetap rendah. Kebijakan moneter harus tetap akomodatif di seluruh negara maju," tulis IMF seperti dikutip Bloomberg, Jumat (25/7/2014).

Laporan IMF menyebutkan dunia kini tengah diliputi risiko-risiko geopolitik yang meningkat sejak April silam, termasuk potensi harga minyak yang naik tajam karena ketegangan di Timur Tengah.

Adapun pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang diprediksi sebesar 4,6 persen tahun ini, lebih rendah dibandingkan proyeksi pada April lalu sebesar 4,9 persen.

IMF melihat perekonomian Tiongkok akan tumbuh ke angka 7,4 persen tahun ini, lebih rendah dibandingkan prediksi pada April sebesar 7,5 persen. Tahun depan, pertumbuhan di Negeri Tirai Bambu tetap melambat, yakni pada posisi 7,1 persen, lagi-lagi lebih rendah dibandingkan 7,3 persen pada prediksi April.

Dari seluruh negara, pemangkasan prediksi paling besar terjadi pada pertumbuhan ekonomi Rusia, yang diprediksi hanya 0,2 persen dibandingkan estimasi sebelumnya 1,3 persen. Ini disebabkan kaburnya aliran modal menyusul konflik di Ukraina.

Sebagian besar revisi pertumbuhan ekonomi pada tahun ini yang terjadi pada negara maju disebabkan kondisi AS yang dipangkas menjadi 1,7 persen dibandingkan 2,8 persen sesuai prediksi April karena kontraksi pada kuartal I. Prediksi untuk tahun 2015 tetap 3 persen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Whats New
Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Whats New
Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com