Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Analisis Longsornya Saham VIVA dan MDIA

Kompas.com - 25/07/2014, 10:11 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Saham PT Visi Media Asia Tbk (VIVA) milik Grup Bakrie dan PT Intermedia Capital Tbk (MDIA) milik pengusaha Erick Tohir mengalami penurunan sejak pelaksanaan pemilu presiden.

Menurut analis Trust Securities, Reza Priyambada, jatuhnya saham kedua emiten tersebut, khususnya VIVA, dikarenakan sentimen negatif dan bukan karena fundamental. Menurut Reza, hasil hitung cepat atau quick count yang dirasa berbeda dari media lainnya membuat persepsi pelaku pasar atas VIVA menjadi negatif.

Persepsi yang timbul adalah tayangan tersebut akan membuat share penonton berkurang, turunnya rating, hingga potensi berkurangnya pendapatan.

"Padahal, tidak demikian kondisinya. Kondisi tersebut hanya momen sesaat. Dengan persepsi dan sentimen negatif tersebut menjadikan kondisi fundamental VIVA dan MDIA yang baik menjadi tidak diperhatikan sehingga saya bisa katakan pelemahan harga saham keduanya sama sekali tidak mencerminkan kondisi fundamentalnya," kata Reza dalam penjelasannya pekan ini.

Hal lain adalah pasar sering menyamakan kondisi fundamental VIVA dan MDIA dengan kondisi mayoritas perusahaan-perusahaan Bakrie yang penuh dengan utang. "Padahal, di dalam fundamental VIVA dan MDIA tidak demikian. Pun manajemen memiliki kemampuan dalam upaya penyelesaian utang melalui pendanaan dari dalam," ujar Reza.

Anggapan pasar lainnya adalah kebijakan perseroan dalam mengakuisisi hak siar Piala Dunia yang dianggap tak menguntungkan. Menurut Reza, penayangan Piala Dunia pada jam menjelang sahur ada penontonnya. Ini merupakan potensi bagi VIVA dan MDIA untuk memperoleh iklan sehingga berpengaruh positif pada kinerja.

"Piala Dunia bukanlah acara semacam EO yang dihitung untung rugi per kegiatan. Piala Dunia merupakan bagian dari program acara MDIA dan VIVA sehingga sudah diperhitungkan bersama dengan biaya-biaya program lainnya. Sementara pendapatan dari sisi iklan juga sudah termasuk dalam pendapatan operasional keduanya," ungkap Reza.

Dengann demikian, Reza menyatakan pentingnya lebih melihat sisi fundamental. Apalagi jika saat perseroan telah merilis kinerja paruh pertama 2014 dan angka positif yang muncul.

Sebelumnya, perseroan mengumumkan bahwa sepanjang semester I-2014 berhasil meraih laba bersih sebesar Rp 84,32 miliar, melonjak 202,5 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun 2013. Selama periode ini, pendapatan VIVA mencapai Rp 1,06 triliun, tumbuh 46,7 persen dari periode yang sama pada 2013 sebesar Rp 721,77 miliar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BEI: Eskalasi Konflik Israel-Iran Direspons Negatif oleh Bursa

BEI: Eskalasi Konflik Israel-Iran Direspons Negatif oleh Bursa

Whats New
IHSG Turun 1,11 Persen, Rupiah Melemah ke Level Rp 16.260

IHSG Turun 1,11 Persen, Rupiah Melemah ke Level Rp 16.260

Whats New
IPB Kembangkan Padi 9G, Mentan Amran: Kami Akan Kembangkan

IPB Kembangkan Padi 9G, Mentan Amran: Kami Akan Kembangkan

Whats New
Konsorsium Hutama Karya Garap Proyek Trans Papua Senilai Rp 3,3 Triliun

Konsorsium Hutama Karya Garap Proyek Trans Papua Senilai Rp 3,3 Triliun

Whats New
Kementerian PUPR Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syaratnya

Kementerian PUPR Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syaratnya

Work Smart
Juwara, Komunitas Pemberdayaan Mitra Bukalapak yang Antarkan Warung Tradisional Raih Masa Depan Cerah

Juwara, Komunitas Pemberdayaan Mitra Bukalapak yang Antarkan Warung Tradisional Raih Masa Depan Cerah

BrandzView
Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Whats New
Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Whats New
Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Whats New
Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Whats New
Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Whats New
Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Whats New
Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com