Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hatta, Menyambung Hidup dengan "Sate Tahu"

Kompas.com - 31/07/2014, 08:00 WIB
Kontributor Kediri, M Agus Fauzul Hakim

Penulis

KEDIRI, KOMPAS.com - Kehidupan Hatta, remaja kelahiran 1987 asal Kediri, Jawa Timur ini bisa jadi salah satu potret susahnya mencari pekerjaan di negeri ini. Namun dia tidak pernah menyerah dan terus berusaha. Hingga saat ini pun,  pemuda lulusan sekolah kejuruan ini terus memperjuangkan nasibnya.

Penuturan Hatta pada Kompas.com, pekan lalu, hampir berbagai macam pekerjaan pernah dia lakukan. Mulai dari ikut bekerja pada sebuah perusahaan asing di Rembang, Jawa Tengah, hingga mencoba pekerjaan lain seperti berjualan wedang kopi maupun makanan ringan yang digagasnya sendiri. Bahkan, dia juga pernah mencoba peruntungan dengan mendaftar sebagai anggota polisi, namun gagal.

Kegagalannya itu tidak lantas disesali. Disela-sela aktivitasnya itu, dia masih memberikan perhatiannya pada lingkungan sekitar dengan menjadi sukarelawan Karang Taruna di kampungnya di Desa Banyakan. Dengan bergabung di karang taruna berarti dapat melakukan kegiatan sosial di desanya.

Meski demikian, insting kemandiriannya tetap membara. Setelah beberapa usaha dilakukan, kini dia mencoba usaha lain, yaitu jualan sate tahu. Usaha ini mulai dia rintis sejak setahun terakhir. Dia memanfaatkan gerobak kecil dan mangkal di Jalan KDP Slamet Kota Kediri sebagai tempatnya berjualan. Tempat mangkalnya tepat di depan ex markas Polwil Kediri.

Usahanya ini mulai menuai hasil dan cukup menjanjikan. Jumlah permintaan terus meningkat. Dari awalnya hanya 200 tusuk sate tahu, kini sudah berkembang menjadi 2.500 tusuk yang habis terjual dalam hitungan jam. Dia membuka lapak sederhananya itu dari jam 4 sore hingga jam 9 malam. Dia menjual setiap 10 tusuknya seharga Rp 3.500.

Seiring perkembangan usahanya, dia merasa kuwalahan menanganinya seorang diri. Kini dibantu dua orang pekerjanya dalam menjalankan usahanya itu. Seorang pekerja perempuan dan pekerja laki-laki.

Rata-rata pelanggannya adalah remaja. Mulai dari usia sekolah hingga mahasiswa. Tidak jarang juga warga biasa yang turut mengantre membeli produknya. Saking banyaknya pembeli, memang harus mengantre. Apalagi pada masa bulan puasa ini, dagangannya banyak diserbu pembeli. Bahkan jumlah permintaan dalam semalam tembus 3.200 tusuk.

Sate tahu kreasinya itu bukan berarti sate daging yang dicampur dengan tahu, melainkan tahu dan bahan tepung yang diolah sedemikian rupa, dibentuk dadu, lalu ditusuk menggunakan batang bambu. Bahan itu disebut sate adalah karena adanya proses pembakaran.

Sensasi hasil pembakaran itulah yang memperkuat rasa tahu yang dari awalnya sudah gurih, menjadi semakin menguat gurihnya. Apalagi ditambah dengan racikan bumbu saus kacang, rasanya bertambah nikmat. Kadang-kadang sate tahu juga menggunakan bahan tambahan dari adonan tapioca untuk menimbulkan rasa kenyal.

Dengan usaha sederhananya itu, setiap malam setidaknya dia mampu membawa pulang Rp 320 ribu. Jumlah ini merupakan laba bersih setelah terpotong biaya produksi dan pengeluaran lainnya. Jumlah ini juga sudah cukup tinggi mengingat kelas usahanya yang masih kelas kaki lima.

Alhamdulillah terus berkembang. Kita memang gak boleh menyerah dalam berusaha, pasti ada jalan,” kata Hatta.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Whats New
Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com