Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemuda Salatiga yang Kalahkan Insinyur Oxford Kini Ekspor “Pulpen Batok Kelapa” ke AS

Kompas.com - 01/08/2014, 11:07 WIB
Yoga Sukmana

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Masih ingat Arfian Fuadi (28) dan Arie Kurniawan (23)? Mereka adalah kakak beradik asal Salatiga, yang berhasil menyabet juara pertama dalam "3D Printing Challenge" yang diadakan General Electric (GE) tahun ini dan karyanya mengalahkan karya insinyur lulusan universitas terkemuka dunia. Saat ini keduanya sudah mampu mengekspor salah satu buah karyanya, yaitu pulpen ke Amerika Serikat.

Bukan sembarang pulpen, karya anak bangsa yang satu ini memang simpel, tetapi sangat inovatif. Pernah membayangkan bagaimana alumunium bisa dipadukan dengan batok kelapa? Ya, itulah yang dilakukan oleh Arfian dan Arie melalui bisnis manufakturnya yang bernama Dtech Engineering.

“Saat ini memang kami memiliki sebuah bengkel, untuk manufacturing buat pulpen. Pulpennya terbuat dari alumunium tapi kami pakai batok kelapa juga di situ,” ujar Arie kepada Kompas.com, Jakarta, Jumat (1/8/2014).

Dengan memadukan kedua bahan tersebut, mereka berhasil memberikan sentuhan baru pada produk-produk pulpen di penjuru bumi. Bahkan, produk mereka saat ini sudah mencapai Amerika Serikat untuk dipasarkan dengan merek CocoPen.

Pemuda yang lahir pada 11 Juli 1991 lulusan SMK jurusan otomotif tersebut mengatakan, pemilihan batok kelapa bukan tanpa sebab. Selain teksturnya yang unik, batok kelapa juga sangat mudah ditemui bahkan melimpah di pasar-pasar tradisional di Indonesia. Sayangnya, kata dia, masyarakat kurang memanfaatkan batok kelapa tersebut sehingga fungsinya menjadi terlupakan.

“Kalau pakai kayu kan harus tebang pohon. Kalau pakai batok kelapa kita gak perlu tebang pohon karena batok kelapa banyak ditemui di pasar, lebih ramah lingkungan,” katanya.

Dia menambahkan saat ini produksi bengkelnya masih relatif kecil, yakni 100 sampai 200 pulpen per tiga bulan. Bahkan, Arie mengaku bengkelnya hanya memiliki beberapa mesin dan beberapa pekerja untuk melakukan proses produksi pulpen tersebut. Namun menurut dia, hal tersebut adalah awal bagaimana bisnis rintisan mereka mampu berbicara di kancah dunia.

Hasil karya pemuda asal Salatiga ini ternyata tidak dihargai rendah. Arie mengaku bahwa hasil karya tersebut dinilai tinggi oleh pemesannya bahkan harganya bisa mencapai 70 dollar AS atau jika kurs rupiah Rp 11.500, maka karya mereka dihargai Rp 805.000 per pulpen.

Arie menyakini bahwa segala sesuatu memang berawal dari mimpi lalu dieksekusi melalui kerja keras sehingga mampu menjadi kenyataan yang baik. “Anak muda jangan takut bermimpi, tapi bedakan sama angan-angan, kalau angan-angan kan gak ada kerja kerasnya, kalau mimpi ya harus ada kerja keras. Kalau kata orang, jangan kasih pancing atau umpan ke orang yang mau mancing, tapi kasih gimana mereka belajar buat pancing,” tandas Arie.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com