Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat: Jokowi-JK Harus "Ceraikan" Ditjen Pajak dari Kemenkeu

Kompas.com - 06/08/2014, 08:44 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Selain harus merampingkan jumlah kementerian dan lembaga (K/L) yang saat ini jumlahnya terlalu banyak, pasangan presiden dan wakil presiden terpilih Joko Widodo-Jusuf Kalla juga harus memisahkan kelembagaan Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak dari Kementerian Keuangan (Kemenkeu). Pemisahan ini guna menggenjot penerimaan negara dari sektor pajak.

"Kami mengusulkan agar Ditjen Pajak dipisahkan dari Kemenkeu. Ini pengecualian dari usulan perampingan kabinet. Sebab, Ditjen Pajak merupakan lembaga yang krusial dan strategis," kata Peneliti Kebijakan Publik Perkumpulan Prakarsa Ach Maftuchan kepada Kompas.com, Senin (4/8/2014) malam.

Menurut Maftuchan, Ditjen Pajak seharusnya berdiri sendiri dan tidak berada di bawah Kemenkeu. Ini mengingat program kerjanya yang spesifik menghimpun pajak. Selain itu, ia menyoroti pula posisi pajak yang strategis sebagai sumber penerimaan negara yang harus dioptimalkan.

"APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja) kita kurang lebih 80 persen dari pajak. Sementara itu potensi wajib pajak saat ini 20 juta. Ini kan potensial sekali," ujar Maftuchan.

Senada dengan Maftuchan, Ekonom Aviliani mengungkapkan pentingnya dilakukan perampingan kementerian dan lembaga. Dengan begitu, akan terjadi efisiensi APBN dan koordinasi pun akan semakin bagus karena jumlah kementerian yang tidak terlalu banyak.

Terkait pemisahan Ditjen Pajak dari Kemenkeu, Komisaris Independen Bank Mandiri ini menyatakan rencana tersebut tidak masalah untuk dilakukan. Sebab, ia menganggap pajak memang seharusnya dipisahkan kelembagaannya.

"Menurut saya pajak dan pengeluaran tidak boleh disatukan. Ada yang digabungkan dan dipisahkan. (Ditjen Pajak) menjadi badan pajak selevel kementerian, seperti BPN," jelas Aviliani.
baca juga: Kabinet SBY "Gembrot", Jokowi-JK Harus Rampingkan Kementerian

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Terinspirasi Langkah Indonesia, Like-Minded Countries Suarakan Penundaan dan Perubahan Kebijakan EUDR

Terinspirasi Langkah Indonesia, Like-Minded Countries Suarakan Penundaan dan Perubahan Kebijakan EUDR

Whats New
Manfaat Rawat Inap Jadi Primadona Konsumen AXA Financial Indonesia

Manfaat Rawat Inap Jadi Primadona Konsumen AXA Financial Indonesia

Whats New
Kemenko Marves: Prabowo-Gibran Bakal Lanjutkan Proyek Kereta Cepat sampai Surabaya

Kemenko Marves: Prabowo-Gibran Bakal Lanjutkan Proyek Kereta Cepat sampai Surabaya

Whats New
Layani Angkutan Lebaran Perdana, Kereta Cepat Whoosh Angkut 222.309 Penumpang

Layani Angkutan Lebaran Perdana, Kereta Cepat Whoosh Angkut 222.309 Penumpang

Whats New
Laba Unilever Naik 3,1 Persen Menjadi Rp 1.4 Triliun pada Kuartal I-2024

Laba Unilever Naik 3,1 Persen Menjadi Rp 1.4 Triliun pada Kuartal I-2024

Whats New
IHSG Diprediksi Menguat Hari Ini, Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

IHSG Diprediksi Menguat Hari Ini, Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Imbal Hasil Obligasi Meningkat, Wall Street Ditutup Bervariasi

Imbal Hasil Obligasi Meningkat, Wall Street Ditutup Bervariasi

Whats New
Simak 5 Tips Raih 'Cuan' dari Bisnis Tambahan

Simak 5 Tips Raih "Cuan" dari Bisnis Tambahan

Whats New
Unilever Ungkap Dampak Boikot Produk pada Keberlangsungan Bisnis

Unilever Ungkap Dampak Boikot Produk pada Keberlangsungan Bisnis

Whats New
Daftar 7 Mata Uang Eropa dengan Nilai Tukar Terkuat

Daftar 7 Mata Uang Eropa dengan Nilai Tukar Terkuat

Whats New
Tingkatkan Layanan, Shopee Luncurkan Program Garansi Tepat Waktu

Tingkatkan Layanan, Shopee Luncurkan Program Garansi Tepat Waktu

Whats New
Kurs Mata Uang Vietnam ke Rupiah Sekarang

Kurs Mata Uang Vietnam ke Rupiah Sekarang

Whats New
[POPULER MONEY] Kata DHL soal Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta | Tesla Bakal PHK 2.688 Karyawan

[POPULER MONEY] Kata DHL soal Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta | Tesla Bakal PHK 2.688 Karyawan

Whats New
Cara Transfer BNI ke ShopeePay lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke ShopeePay lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Cara Beli Tiket PLN Mobile Proliga 2024 lewat HP

Cara Beli Tiket PLN Mobile Proliga 2024 lewat HP

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com