Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) Ahmad Safrudin mengatakan, sebetulnya BBM RON 92 ini layak digunakan untuk kendaraan bermotor Euro 2. "Dengan Rp 9.500 per liter, kita harusnya sudah dapat RON 92," kata dia, Selasa (12/8/2014).
Sementara itu, terkait dengan harga BBM bersubsidi, pengamat ekonomi dari Universitas Indonesia, Faisal Basri, menuturkan, jika pada 2008 lalu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tidak menurunkan harga premium, seharusnya harga yang berlaku saat ini sudah Rp 8.000 per liter. Agar APBN tak jebol, seharusnya harga itu dinaikkan Rp 1.000 per liter.
"(Kalau sekarang Rp 8.000) pemerintahan baru tinggal tambah Rp 1.000 per liter. Kalau itu terjadi, tidak akan bergejolak karena Pak Jokowi sudah punya Kartu Indonesia Sehat, Kartu Indonesia Pintar untuk si miskin," kata dia.
Pengamat energi, Kurtubi, menambahkan, kenaikan harga BBM bersubsidi harus dibarengi dengan kelancaran arus distribusi barang. "Dana kenaikan ini dijaminkan bakal dikembalikan ke rakyat," kata Kurtubi.
Kenaikan harga BBM bersubsidi mutlak untuk menjaga defisit APBN di bawah 3 persen. Namun, KPBB menegaskan, kenaikan harga harus diikuti dengan peningkatan kualitas.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.