Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BI Klaim Stabilisasi Moneter Mampu Kendalikan Defisit Neraca Perdagangan

Kompas.com - 14/08/2014, 15:34 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
- Bank Indonesia (BI) mengklaim stabilisasi moneter mampu mengendalikan defisit neraca perdagangan.

Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengungkapkan, jika tidak dilakukan stabilisasi dari sisi moneter, maka defisit transaksi berjalan akan dapat lebih besar dari 9,1 miliar dollar AS. Ia pun mengapresiasi perbaikan dari kinerja neraca pembayaran non migas.

"Saat ini kita masih menunggu kebijakan terkait sektor energi untuk bisa lebih melihat tentang impor minyak yang bisa lebih terkendali. Kalau itu dilakukan, defisit transaksi berjalan akan lebih baik," jelas Mirza, Kamis (14/8/2014).

Mirza mengungkapkan, jika kinerja impor minyak dapat diturunkan dan dikendalikan, maka defisit transaksi berjalan dapat lebih baik. Bank sentral, kata dia, mengharapkan adanya tindakan dari pemerintah untuk mengendalikan impor minyak.

Sebelumnya diberitakan, kinerja neraca pembayaran Indonesia (NPI) membaik pada kuartal II-2014 meski defisit transaksi berjalan meningkat. Defisit transaksi berjalan pada kuartal II 2014 mencapai 9,1 miliar dollar AS atau 4,27 persen dari produk domestik bruto (PDB).

"Bank Indonesia cukup nyaman dengan current account. Defisit current account di kuartal II-2014 itu betul, 9,1 miliar dollar AS. Itu adalah 4,27 persen dari PDB. 9,1 miliar dollar AS itu adalah musiman karena kalau dibandingkan kuartal I itu adalah 4,2 miliar dollar AS, yaitu 2,05 persen," kata Gubernur BI Agus DW Martowardojo pada kesempatan yang sama.

Agus mengungkapkan, bank sentral memandang defisit transaksi berjalan yang mencapai 9,1 miliar dollar AS tersebut sudah cukup baik, meskipun harga komoditas dunia masih menunjukkan penurunan, khususnya CPO, batubara, dan karet.

"Namun, komoditas-komoditas yang cukup penting dalam kontribusi ekspor Indonesia tetap masih bisa membuat transaksi berjalan kita ada perbaikan," jelas Agus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com