Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saran peraih Nobel Joseph Stiglitz untuk Indonesia

Kompas.com - 25/08/2014, 15:04 WIB

LONDON, KOMPAS.com - Peraih penghargaan Nobel bidang ekonomi tahun 2001, Joseph Eugene Stiglitz, mengemukakan,  negara berkembang termasuk Indonesia perlu bersiap menghadapi krisis ekonomi global mendatang.

Hal itu disampaikan Joseph Eugene Stiglitz kepada Asisten Direktur pada Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia, Muslimin Anwar, usai mengikuti 5th Lindau Meeting on Economic Sciences di Lindau, Jerman.

Muslimin Anwar adalah sebagai wakil Indonesia dalam pertemuan ekonom sedunia bersama para pemenang hadiah Nobel tersebut.

Stiglitz menyebutkan, negara maju tidak boleh lagi hanya memikirkan kepentingan domestiknya saja dalam mengambil kebijakan ekonomi. Hal itu menurut Stiglitz terbukti dalam satu dasa warsa terakhir yang berakibat buruk bagi perekonomian dunia.

Stiglitz mencontohkan, adalah kasus sub-prime mortgage tahun 2008 di Amerika Serikat dan krisis keuangan dan fiskal di Eropa semenjak 2010, yang telah menyebabkan ketidakseimbangan ekonomi dunia.

Muslimin Anwar seperti dikutip Antara, Senin (25/8/2014), mengatakan, ia sependapat dengan Stiglitz. Indonesia, menurut dia, harus mengerjakan reformasi struktural dengan meningkatkan daya saing ekspor dan kemandiriaan ekonomi guna membawa defisit transaksi berjalan ke arah yang lebih sehat.

Sementara itu, terkait kenaikan Fed Fund rate, Stiglitz mengatakan, negara berkembang termasuk Indonesia diperkirakan akan terkena dampak buruk dari kebijakan moneter bank sentral AS tersebut.

Namun, Stiglitz mengemukakan suku bunga Fed Fund rate tidak dinaikkan dalam waktu dekat. Banyak kalangan memperkirakan bahwa Fed baru akan menaikkan suku bunga acuan pada kuartal ke-2 tahun 2015.

Stiglitz menilai,  Federal Reserves tetap akan menjaga agar suku bunga acuannya rendah.

Lebih lanjut Stiglitz menyebutkan negara berkembang termasuk Indonesia perlu segera mempertimbangkan untuk menggunakan capital control dan menggunakan teknik pengelolaan neraca modal dan finansial/capital account yang baik (capital control management technique).

Ia mengatakan, negara berkembang yang memiliki cadangan devisa yang besar dan neraca transaksi modal dan finansial (capital account) yang terkelola dengan baik akan berada dalam posisi yang menguntungkan dalam menghadapi berbagai tekanan ekonomi global seperti kenaikan suku bunga Fed Fund rate dan krisis ekonomi global sekalipun.

Namun demikian, Stiglitz mengungkapkan bahwa kebijakan bank sentral AS dalam menaikkan suku bunga acuannya tidak dapat sepenuhnya dipandang sebagai zero sum game, tempat negara maju akan diuntungkan dan negara berkembang akan dirugikan.

Stiglitz menekankan yang diperlukan dunia saat ini adalah kerjasama moneter secara mendunia (global monetary cooperation) karena apa yang diputuskan dan menjadi kebijakan ekonomi negara-negara maju ternyata telah dan akan terus mempengaruhi negara-negara lainnya di dunia.

Hal ini tidak pernah diperhatikan oleh negara-negara maju pada masa lalu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Apa yang Dimaksud dengan Inflasi dan Deflasi?

Apa yang Dimaksud dengan Inflasi dan Deflasi?

Earn Smart
Gampang Cara Cek Mutasi Rekening lewat myBCA

Gampang Cara Cek Mutasi Rekening lewat myBCA

Spend Smart
Penurunan Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Indonesia Berpotensi Tertahan

Penurunan Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Indonesia Berpotensi Tertahan

Whats New
Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Whats New
Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Whats New
Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-'grounded' Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-"grounded" Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Whats New
ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

Whats New
Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Whats New
Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Whats New
ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

Whats New
Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Whats New
Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Whats New
Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Whats New
BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

Whats New
KAI Services Buka Lowongan Kerja hingga 25 Mei 2024, Simak Kualifikasinya

KAI Services Buka Lowongan Kerja hingga 25 Mei 2024, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com