Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Semen Indonesia Jajaki Bisnis Properti

Kompas.com - 28/08/2014, 10:07 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Selain memperkuat sektor hulu, PT Semen Indonesia (Persero) Tbk juga melakukan sejumlah aksi korporasi di sektor hilir, guna menyiapkan diri menghadapi pasar bebas pasca berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).  Manajemen Semen Indonesia kini tengah mematangkan rencana pendirian sejumlah anak perusahaan, salah satunya di bidang properti.

Direktur Utama Semen Indonesia, Dwi Soetjipto menuturkan, perseroan berencana mengoptimalkan lokasi bekas pabrik semen untuk menjadi area perkantoran dan hunian. "Nantinya Semen Indonesia akan menggandeng perusahaan properti terutama BUMN untuk mengelola kawasan tersebut," ujar Dwi berbincang dengan wartawan ditemui di kantornya, Jakarta, Rabu (27/8/2014) sore.

Awal Agustus 2014 ini Semen Indonesia memindahkan operasional kantor pusat PT Semen Gresik ke Tuban. Relokasi dari Gresik ke Tuban, kata Dwi, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas dan efektivitas di seluruh anak usaha Semen Indonesia. Adapun BUMN yang digandeng untuk membentuk anak usaha di bidang properti ini adalah PT Wijaya Karya (Wika).

Dwi bilang, nota kerjasama sudah diteken meski belum final. Perseroan ingin memastikan aset yang dimiliki bisa memberikan return (imbal hasil) yang terbaik dari berbagai pilihan. Dwi menuturkan, perseroan menargetkan kepemilikan saham atau share anak usaha baru ini 50:50. "Terutama karena aset kita yang dimanfaatkan di sana, role  kita lebih besar," imbuh Dwi.

Kendati demikian, mengenai apakah anak usaha baru tersebut akan langsung di bawah Semen Indonesia atau di bawah salah satu anak usaha Semen Indonesia, Dwi memastikan hal tersebut tergantung dari negosiasi dengan mitra.

Namun, Semen Indonesia belum memiliki anak usaha untuk bidang properti. Sehingga, lanjut dia, besar kemungkinan akan didirikan anak usaha baru dan langsung di bawah Semen Indonesia.

Dwi mengatakan, pengembangan sektor hilir di bidang properti ini merupakan salah satu cara revitalisasi aset yang ada, artinya aset nonproduktif dibuat menjadi aset produktif. Namun, saat ini banyak permasalahan legal yang menghambat pengembangan sektor hilir, seperti dispute bahwa aset BUMN merupakan kekayaan negara atau kekayaan negara yang dipisahkan.

"Tapi kalau berfikirnya tidak harus dijual, bisa langsung dimanfaatkan, kayaknya ya pride luar biasa. Harga tanah di sana sekarang sudah Rp 3 juta per meter," ungkap Dwi.

Meski akan dibangun di lahan bekas pabrik semen, Dwi menuturkan, struktur tanahnya sangat padat. Begitu pula dengan akses air bersih, perseroan memastikan unit bisnis baru ini untuk memikirkan waterplan-nya. Selama ini, pabrik Semen Gresik pun telah memiliki waterplan.

"Kita punya waterplan di sana. Kalau perumahan ini jadi di sana, ya mungkin bisa dari situ (waterplan-nya)," kata Dwi.

Investasi lini bisnis baru ini masih dihitung. Yang jelas, kata Dwi, perseroan mengalokasikan 10 persen dari total capital expendicture (capex) atau sekitar 50 juta dollar AS untuk mengembangkan sektor hilir, termasuk di bidang properti ini.

Selain properti, Semen Indonesia juga tengah menjajaki bisnis powerplant (pembangkit listrik), bidang infrastruktur utamanya jalan tol, serta bisnis betok pra cetak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Whats New
Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Whats New
Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Whats New
Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Whats New
Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Rilis
IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

Whats New
Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Whats New
Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Whats New
Harga Naik Selama Ramadhan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Harga Naik Selama Ramadhan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Whats New
Mentan Amran Serahkan Rp 54 Triliun untuk Pupuk Bersubsidi, Jadi Catatan Sejarah bagi Indonesia

Mentan Amran Serahkan Rp 54 Triliun untuk Pupuk Bersubsidi, Jadi Catatan Sejarah bagi Indonesia

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com